Januari 2011
Malam tahun baru yang dingin. Semenjak sore hujan telah mencumbu dengan
derasnya. Hampir beberapa tahun sebelumnya pun demikian. Jalanan menggelepar
mati di setiap ruasnya, tidak ada kembang api menyala-nyala, cinta sepasang
muda-mudi karam di penghujung waktu, tak ada riuh. Hanya sesekali saja
terdengar terompet atau teriakan kecil dari dalam rumah.
Dibalik kesunyian itu, aku masih menerawang kosong pada sebuah motor
gerobak milikku yang semenjak petang tadi sudah siap untuk mengadu nasib. Melihat
kondisi diluar yang sepi dan petir bersahutan, ada nyali menciut dalam hati.
"sepertinya tahun baru ini bakal sepi daganganku." padahal pagi tadi
semangat begitu besar, harapan begitu tinggi, awal tahun ini bakal ramai
pengunjung. Asal kau tahu, tahun baru 2011 adalah sebulan persis usia
daganganku.
Ketika waktu menginjak pukul sepuluh malam, cuaca makin tak bersahabat.
Tapi tidak mungkin aku harus membuang atau menyia-nyiakan makanan yang sudah
dimasak sejak sore tadi. Mau atau tidak, aku harus memaksa diri. Diantara rasa
kantuk, malas, putus asa, gerobak aku berangkatkan. Aku pasang tenda terpal
sembari menahan dingin. Setelah selesai aku duduk menunggu pembeli, menerawang
jalan yang lengang, dan merasakan dingin menggigil.
Begitulah memaknai perjuangan. Sedikit tampil beda dengan orang lain jika
ingin mendapat sesuatu yang lebih. Ketika semua bahagia terpaku didepan layar
televisi, tidur mendengkur merajut benang mimpi, aku menahan mata jangan sampai
terpejam. Memang malam hari itu sepi, tapi Allah menggantinya semenjak pagi di
awal tahun. Tahun baru 2011 menjadi hari awal mulanya aku meyakini sebuah usaha
tidak akan sia-sia.
Januari 2012
Periode satu tahun yang telah dilewati dengan segudang perubahan. Aku
tidak lagi berjualan di malam hari, tapi cukup pagi sampai siang.
Alhamdulillah, tahun pertama ini sudah memiliki dua cabang sekalipun sempat
terseok-seok di tengah tahun. Banyak hal yang bisa menjadi pelajaran berharga
selama satu tahun tersebut, terutama menjaga loyalitas pekerja.
Sama persis seperti beberapa tahun sebelumnya, menjelang akhir tahun
hujan turun sangat deras. Jalanan kembali sunyi, sepertinya memang tidak banyak
orang yang berminat mengakhiri hari itu diluar rumah. Kebanyakan mereka memilih
membuat pesta kudapan di rumah.
Tapi beda dengan tahun sebelumnya, sampai menjelang pukul enam pagi hujan
belum juga reda. Biasanya beberapa karyawan sudah stand by semenjak bada subuh,
tapi sampai menjelang pukul enam masih juga belum datang. Sampai akhirnya aku
harus menjemput mereka satu persatu, karena tidak mungkin bisa bekerja hanya
dengan satu atau dua orang saja.
Untung saja semua karyawan bisa hadir, sekalipun langit masih sedikit
mendung dan gerimis. Pagi itu tidak seperti biasanya, daganganku terlambat
keluar. Baru menginjak jam tujuh pagi dua gerobak mengadu nasibnya. Selama
perjalanan menuju lokasi lapak, ada harap-harap cemas mengeriap di kepala. Sama
seperti tahun sebelumnya. Tapi syukur alhamdulillah, Allah menguji kita dengan
harap dan cemas (khauf dan roja'), supaya menjadi manusia tegar dan optimis
menatap masa depan.
Sebuah pelajaran penting aku dapatkan pagi itu, yaitu tentang mengambil
sikap. Ketika situasi melenakan kita, ada dua pilihan datang, do or don't. Pagi
itu hampir beberapa lapak di pasar tutup, pegawai hampir semuanya terlambat
dengan berbagai alasan, sedangkan keputusan ada ditanganku. Do memiliki resiko,
begitu juga don't. Sejauh mana kita menguasai resiko tersebut dan
menaklukannya.
Januari 2013
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini malam tahun baru menjadi
riuh. Klub motor kopdar di lokasi berbeda, banyak even mulai nonton bareng
sampai live music di beberapa tempat, langit begitu cerah berbintang kejora. Persiapan
dagang untuk tahun baru yang semarak sudah disiapkan semenjak siang penghujung
tahun 2012.
Sayang, harapan menggebu itu serasa diuji setelah bada subuh langit gelap
seperti akan turun hujan lebat. Semenjak pukul enam gerimis sudah menjegal
semua mimpi-mimpi di hari sebelumnya jelang tahun baru. Persiapan yang sangat
matang seakan sia-sia saat hujan tumpah mengguyur mulai pukul tujuh pagi.
Ditambah lagi tidak ada pembeli datang satu pun sampai jam sembilan.
Ada perasaan sebal berkecambah. Perasaan yang harusnya tidak layak
bersemi. Untung saja tidak berlangsung lama atau sampai menggerutui kehendak-nya.
Ketika sadar itu, aku tersenyum tenang. Anggap saja ini bagian proses
kesyukuran kita, sembari berprasangka baik. Aku menduga banyak orang yang
kelelahan pesta semalam, sampai akhirnya jam makan pagi menjadi molor. SubhanAllah,
semenjak jam sepuluh pagi pembeli datang berjubel, sampai tidak ada jeda
istirahat atau duduk sampai jam satu siang. Sebuah rezeki yang datang tanpa
bisa diprediksi.
Tahun baru yang memberi pelajaran sabar dan berprasangka baik pada Allah.
Ketika sebuah persiapan matang, terencana dengan konsep brilian, disokong oleh
kekuatan dan tenaga yang hebat, tapi masih belum menuai keberhasilan, maka
bersabar dan berprasangka baiklah. Sebuah kondisi yang sulit untuk
direalisasikan. Maka banyak-banyaklah mengingat Allah dan bersabar, itu adalah
bagian menuju kemenangan.
Puri Nirwana
2013
Syahrizal
Bachtiar
0 komentar:
Posting Komentar