About

Ini kenapa aku benci Februari


Untuk makmum terbaikku….
Bagaimana kabarmu di perantauaan sana? Masih kuatkah hatimu untuk terus mengabdi pada bukit yang begitu terpencil itu? lalu bagaimana kabar jagoan kecil kita, masih tetap lincah seperti biasanya kan? Mungkin kamu terlalu kaget ketika menerima surat ini. Memang bukan kebiasaanku untuk menulis surat seperti ini. Hanya saja ketika melihat kalender tadi, aku terhenyak sejenak, ketika aku sadari ini sudah memasuki bulan Februari. Dulu kamu selalu bertanya ketika aku begitu membenci bulan februari ini.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk jujur kenapa aku begitu membenci bulan februari ini. kamu pasti tahu, bulan ini adalah bulan dengan umur terpendek. Tahun ini saja, bulan ini hanya berumur 28 hari. Itu berarti aku hanya bisa mendo’akanmu sepanjang 28 hari itu. Padahal aku ingin selalu mendo’akanmu sepanjang waktu. Tapi februari hanya membatasi dengan 28 hari atau 29 hari ketika memasuki tahun kabisat.

BUDAYA VALENTINE MENGOTORI MORAL BANGSA


Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah Pendeta St.Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.
Inilah budaya melegenda yang berhasil mewarnai dunia. Hari yang ditunggu-tunggu oleh umat di dunia, bagaikan hari kebangsaan nasional saja. Bagi para penikmat Valentine, maka tanggal 14 Februari akan menjadi satu-satunya hari yang layak untuk mengekspresikan cinta mereka.
Saat ini banyak ABG yang mengekor pada budaya Barat akibat pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk pula dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang pada dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St.Valentine. 

Ciliwung, Sungai Kebanggaan Ibukota Indonesia


Mulai bulan Januari kemarin hujan mengguyur bumi Indonesia tak henti-hentinya. Dan hujan itu sebenarnya baik, namun jika dalam intensitas yang banyak alias berlebihan tentulah tidak baik. Dan itu yang selalu negeri ini hadapi setiap tahunnya. Bencana banjir dan longsor.
Seakan menjadi tradisi tahunan banjir melanda di berbagai daerah di Indonesia. Termasuk kota Jakarta yang notabenenya adalah ibukota Indonesia. Dan untuk bencana banjir ini, tahun inilah yang terparah yang terjadi di ibukota negara itu. Hal tersebut terbukti banjir yang terjadi di ibukota sampai masuk ke istana negara, yang seharusnya sudah bisa menangkal banjir dengan fasilitasnya.
Dalam mengatasi hal tersebut, presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengadakan rapat setelah mengunjungi pengungsian. Di sana beliau bersama menteri mengambil keputusan untuk menggelontorkan dana sebesar 500 miliyar untuk pembuatan terusan. Terusan tersebut diharapkan dapat menanggulangi luapan air dari sungai Ciliwung dan air bendungan yang tak dapat dibendung. Terusan tersebut direncanakan rampung setelah 2 tahun.

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO HARUS TANGGALKAN DEMOKRAT, TETAP MENJADI MILIK MASYARAKAT


Presiden Susilo Bambang Yudoyono memang terpilih menjadi presiden tidak lepas dari Partai Demokrat. Banyak hal yang menjadi perjuangan Partai Demokrat untuk memompa keberhasilan Susilo Bambang Yudoyono terpilih menjadi presiden.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono kini menjadi tumpuan partainya. Ucapan trima kasih saja sepertinya belum cukup. Hingga Susilo Bambang Yudoyono pun yang sebenarnya “milik” rakyat masih saja harus menganak emaskan partainya.
Misalnya pada kasus yang mengancam partai Demokrat, yakni sejumlah tokoh senior partai yang beberapa hari terakhir menggulirkan pelengseran Anas Urbaningrum dari posisi ketua umum, Syarif Hasan mengungkapkan,
Inagurasi Anggota Baru FLP Jember

Matahari menyingsing di pagi hari seraya menyibakkan jubah keemasannya. Sinarnya membelai dedaunan di bumi peritiwi dan menghangatkan suasana pagi. Pagi ini, sekitar pukul setengah 6 terlihat beberapa muda-mudi sedang berkumpul di teras rumah. Tepatnya di jalan danau toba gang 2, nomer . . mereka tampak berbincang-bincang dengan santai. Beberapa dari mereka terlihat berdiskusi sesuatu. Ya, mereka adalah anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Jember yang akan melakukan inagurasi anggota baru 2013. Kegiatan inagurasi – akhir dari acara requitment – ini sendiri diadakan dua kali selama setahun.
Jam menunjukkan pukul tujuh lewat. Kawan-kawan FLP beranjak dari tempatnya menuju sebuah tempat. Dari sana mereka mengendarai sepeda motor. Beberapa teman yang berangkat menggunakan sepeda goes dititipkan dan dibonceng ke tempat acara.

Indahnya Afdeling Kahendran


Pagi-pagi sekali aku bangun. Segera aku mengambil wudlu dan menunaikan sholat Subuh. Aku panjatkan permiantaan pada-Nya agar hari ini berjalan dengan lancar, dan yang pasti diridloi oleh-Nya. Sejenak aku siapkan segala bawaanku beserta pakaianku yang pantas untuk kupakai hari ini. Setelah sarapan, aku beranjak mengguyur sekujur tubuhku dan segera mengenakan pakaian yang telah aku siapkan tadi. Aku lihat diriku sendiri di depan cermin, aku sudah siap, benakku. Tepat pukul 06.15 WIB aku berangkat meninggalkan rumah menuju salah satu rumah kos temanku di daerah dekat kampus UJ.
Setelah aku sampai di tempat tujuan, ternyata di sana hanya ada segelintir orang. Dari enam belas orang yang akan ikut, hanya tiga orang saja yang sudah berada di tempat itu, di mana aku dan teman-temanku berkumpul sebelum berangkat. Yah, kok banyak yang terlambat sih. Kalau sudah begini, aku harus menunggu teman-teman yang lain datang semua. Lima belas menit, tiga puluh menit sudah berlalu, hingga akhirnya tepat pukul 07.15 WIB rombongan aku dan teman-teman seorganisasi berangkat menuju tempat yang sudah direncanakan dari beberapa hari yang lalu. Dengan berbekal persiapan yang matang, kita menuju salah satu desa di Jember. Cukup pelosok, Desa Pakis namanya.

ZAHRA


Madu. Kata yang tidak asing bukan? Berasa manis, menjadikan sikonsum si sehat, begitu juga dengan bermuka madu, berhati madu, berbulan madu. Tapi bagaimana dengan madu yang akan kuceritakan ini? Kalian boleh menafsirkan sesuka.
Baiklah biar kuceritakan ciri-cirinya sebagai pembuka. Namanya Zahra. Tinggi badannya melebihi tinggi badanku. Aku setinggi telingganya. Jika kutafsir tingginya mencapai 160 cm. Dengan tubuh yang tidak begitu ideal. Jarinya tidak begitu lentik. Wajahnya juga tidak begitu berkilau seperti perempuan-perempuan keturunan Belanda lainnya. Mungkin yang membuatku tertarik padanya selain tatapanya yang selalu menghargai lawan bicara adalah senyum yang mampu mengubahnya menjadi perempuan memesona.
Tapi aku terlalu muda untuk menafsirkan kecantikannya. Yang kutahu, tidak sengaja kupergoki ibuku menangis ketika bertelepon dengannya. Ini kali ke dua, aku melihat ibu bijaksanaku menangis. Aku tahu, ayahku pasti ingin memadu ibu dengan perempuan itu.
Tidak mudah aku mencari tahu nomer teleponnya. Melalui teman dekat ayah, akhirnya aku berhasil mendapatkan. Aku menghubungi. Dia terkesan tersengat ketika tahu aku yang meneteleponnya. Tidak mudah mengatur  janji dengan perempuan berlesung pipi tipis kiri ini. Dia hanya bersedia menemuiku hari minggu. Aku siap menunggu.
“Maaf,” kata awalku dalam menjamu perempuan yang biasa kupanggil Mbak Zahra. Aku memilih tempat yang menjadi tempat faforit ayahku. Rumah makan gubuk, dengan suasana persawahan. Seperti biasa ketika kami bertemu, dia mengelus pundakku. Menggukir senyum dan memersilakan aku duduk.
“Ada sesuatu yang ingin kau ceritakan, Rif?”
“Ini tentang ibuku.”
Perempuan yang bibirnya hampir tidak pernah berparas lipstik ini mendongak. Melepaskan napas panjangnya.
“Ini boleh diminum?” tanya perempuan yang kulihat sempat membelalakkan mata.
“Iya.” Jawabku datar. Aku sengaja menyediakan minuman yang sesuai dengan isi kantongku yang juga menjadi minuman faforit ayah; susu soda merah muda. Aku tahu, jika kami memesan makan, Mbak Zahra pasti yang akan membayar. Tapi bukannya aku yang mengundangnya? Aku mencoba menjadi laki-laki dewasa.
“Ibumu kenapa, Rif?” suara yang tidak pernah berubah, serak-serak basah.
“Ibuku menangis.”
“Rifki, sudah bertanya kenapa Ibu menangis?”
“Tidak.”
“Kira-kira Rifki tahu ibu menangis karena apa?”
“Iya.”
“Hem?” perempuan itu mengelus rambutku. Aku merasakan ia telah menjadi ibu keduaku.
“Ibuku ingin, keinginan ayahku tercapai.”
“Rifki tahu, Ayah Rifki ingin apa?”
“Ingin menikah dengan Mbak Zahra.”
Aku tahu Mbak Zahra berpelik. Ia menyimakku lebih dalam dari sebelumnya. Mungkin baginya anak seusia 15 tahun sepertiku tidak perlu tahu masalah orang dewasa.
“Rifki,”
“Ibuku bersedia mundur demi kebahagiaan ayah. Mbak Zahra ingin tidak mau diduakan, kan?” aku mencoba tidak mendengarkan hatiku sendiri. Bagiku kebahagiaan ibu adalah milikku. Meskipun itu menjadikan hatiku terajam oleh belati berkali-kali.
“Rifki,”
“Ayah ingin anak perempuan. Ibu tidak bisa memberikan apa yang diinginkan ayah. Ibu rela mundur, Mbak.” Aku tidak berani menatap perempuan keturunan Belanda itu. Pasti air mataku takkan mampu tersumbat ketika sekali saja aku menatap matanya.
“Rifki yang pintar membahagiakan ibu, Mbak Zahra akan mencoba membantu ibu Rifki untuk punya anak perempuan ya? Mbak Zahra akan mencari tahu cara dari ilmu kedokteran maupun agama, insyaAllah ada.”
“Tidak, Mbak. Ibu sudah tidak mau hamil lagi. Ibu merasa usianya sudah tua. Ibu kasihan jika anak keempatnya nanti tidak mendapat kasih sayang yang cukup dari ibu. Karena menurut ibu, bisa saja kematiannya lebih awal dari pada kematian Rosul.” Aku berdecak dalam hati. Kurasa lidahku tajam. Perasaanku melambung. Satu tetes air mata tidak bisa kutahan. Celanaku terbasahi olehnya. Mbak Zahra menyodorkan tisu. Aku mengusap air mata.
“Jika ibu punya anak perempuan, Ibu juga tidak akan sanggup melihat anaknya termadu oleh orang seperti ayah yang ingin memadu ibu.” Hatiku terasa teracuni oleh kata-kataku sendiri. Entahlah apa yang dipikirkan Mbak Zahra. Selanjutnya, ia mengeluarkan selembar kertas HVS putih dengan bolpoin merah. Aku tahu sejak dulu Mbak Zahra yang kukenal sebagai teman mengajar ayah yang beberapa bulan itu, suka warna merah. Ia menuliskan sesuatu. Entah apa. Aku masih tersibukkan mencabut duri-duri pada hati.
“Rifki, yang sudah pintar bersikap mandiri, Mbak Zahra tidak bisa berlama-lama. Selembar kertas ini semoga bisa mewakili keputusan Mbak Zahra. Hem, minuman ini sudah dibayar?” tanya Mbak Zahra memperpindah topik. Mbak Zahra paling pintar memalingkan topik satu pada topik lainnya. Kadang aku merasa gemas padanya.
“Sudah, Mbak.”
“Wah, Mbak Zahra ditraktir Rifki dong?”
Aku tersenyum, sedikit ada rasa bangga. Kuanggap kata-kata Mbak Zahra sebagai pujian.
“Rifki, tetap di sini dulu atau ikut pulang?”
“Biarkan Rifki di sini dulu, Mbak.”
“Mbak Zahra duluan ya?”
Aku mengangguk.
##

Sore ini, aku tidak bisa melepas ingatanku bertemu Mbak Zahra. Kubuka lembaran sembari kubayangkan wajah Mbak Zahra yang pasi.

Rifki yang baik, sebaik ayah dan ibu Rifki, terima kasih ya, sudah menerima Mbak Zahra seperti saudara. Rifki, tahu sendiri, kan? Di zaman ini sulit sekali mendapatkan saudara sebaik kalian.
Rifki, Mbak Zahra mengerti perasaan Rifki, perasaan ayah dan ibu Rifki. Ayah Rifki yang menginginkan Mbak Zahra menjadi istrinya untuk menjadi calon ibu anak perempuannya. Ibu Rifki yang tidak sanggup melihat suaminya menderita. Dan Rifki yang tidak bisa merasakan rasa sakit yang terus-menerus ada dihati ibu Rifki.
Ayo kita mencoba menganalisis, apakah Rifki yakin Mbak Zahra mampu memberi anak perempuan untuk Ayah Rifki, sedang Mbak Zahra sendiri berharap punya anak laki-laki sebaik Rifki. Jika Ibu Rifki yang siap dimadu bahkan siap mundur karena tidak bersedia mempunyai darah daging perempuan karena anak perempuannya takut punya nasip sama yaitu dimadu, bagaimana dengan Mbak Zahra yang seandainya punya anak perempuan yang dimadu, sedang Mbak Zahra dimadu saja tidak mau, lebih menyakitkan bukan?
Rifki, baru dua kali ini Mbak Zahra merasa dihargai oleh cinta selain cinta dari keluaga. Rasanya sakit. Bayangkan beberapa orang yang cintanya belum bisa Mbak Zahra terima saja, rela menangis bahkan ada yang mengancam, bagaimana dengan dua orang yang salah satunya adalah Ayah Rifki yang benar-benar mengharapkan kebahagiaan Mbak Zahra, yang benar-benar tidak ingin ada  orang lain yang menyakiti Mbak Zahra?
Tapi sungguh Rifki, kejujuran Ayah dan Ibu Rifki menjadikan hati Mbak Zahra tergurat. Sakit. Telah banyak orang yang tersakiti oleh Mbak Zahra. Mungkin inilah salah satu penyebab Mbak Zahra ingin segera menikah, supaya memutus rasa sakit untuk orang yang sudah maupun akan mencintai Mbak Zahra, sedang Mbak Zahra sulit mencintainya.
Rifki yang mulai dewasa, salam untuk ibu hebat Rifki, sampaikan kekaguman Mbak Zahra kepadanya. Mbak Zahra pernah membaca beberapa cerita yang tokoh perempuannya menginginkan suaminya menikah lagi, Mbak Zahra tidak percaya karena naluri perempuan tidak bisa diduakan. Tapi sekarang Ibu Rifki telah menunjukkan pengorbanan harta terbesar perempuan, perasaannya; untuk membahagiakan Ayah Rifki.
Kurang hebat apa  Ibu Rifki?
Kehebatan apa yang kurang pada diri Ibu Rifki di mata Ayah Rifki?
Ibu Rifki yang begitu hebatnya saja akan dimadu, bagaimana dengan Mbk Zahra yang sering egois, dan sering membuat Ayah Rifki menangis?
Semoga Rifki memahami Mbak Zahra.

“Rifki, teman ayah kecelakaan, masuk rumah sakit. Ibu ikut ayah menjenguk, Rifki jaga rumah ya?” suara Ibu. Terasa Ibu mendongak dari pintu kamar. Aku hanya mengangguk. Terdengar ibu mengunci pintu rumah dari luar. Kulipat lembaran yang telah bercorak air mata.
Aku tahu yang dimaksud ibu adalah Mbak Zahra. Mbak Zahra yang kutemui tertabrak mobil yang melintas. Sedang menurut cerita para pedagang disekitar kejadian, Mbak Zahra menyeberang jalan tanpa melihat ke kiri maupun ke kanan. Kejadian itu tepat sepulang dari tempat kami janjian.
Aku melihatnya tadi siang. Darahnya tercecer melumuri jilbab merah darah Mbak Zahra. Orang-orang berbondong-bondong menghampiri. Ada yang menghubungi ambulan. Da juga yang mengurus tubuh Mbak Zahra. Tubuh Mbak Zahra ditutupi koran.
Aku menutup mata, tak sanggup membayangkan.

 IMSICX
Wuluhan, 30 Januari 2013

HAYALANKU KESASAR


Mungkin kau akan bertanya-tanya bagaimana cara menahlukkan orang yang memerintahmu. Pasti kau pernah ingin menjadikan orang yang menjadikanmu kacung selama ini menjadi kacungmu.
Sedikit-dikit pasti telah kau bayangkan bagaimana sesekali kau membentak dia yang berkali-kali membentakmu. Bayangkan saja, meskipun kau membentaknya dalam bayangan, setidaknya kau mendapat kepuasan. Sepertiku, yang setiap kali membayangkan membunuh anak majikan.
“Kau pecundang.” Kata bayanganku suatu ketika. Mungkin bayanganku bosan membayangkan terus-menerus membayangkan pembunuhan anak majikan. Karena aku disebut pecundang, saksikanlah aku pasti akan menjadi srigala yang siap menerkam anak majikan.
“Ambilakan sepatuku, yang warna merah. Jangan warna hitam!” majikan cilik memerintahku. Aku menuruti. Berlari menuju ruang sepatu. Terdapat enam sepatu merah dengan model berbeda. Kutimbang-timbang dalam angan.

AKHIRNYA KIAMAT LEWAT SAMBUT 2013 DENGAN MIMPI-MIMPI BESAR


Luar biasa kita oii, karena masih hidup di tahun 2013, padahal digosipkan akan terjadi kiamat di tahun 2012. Yang masih percaya dengan rumor itu mah tidur saja. Bagaimana mau membangun mimpi besar kalau masih percaya gosip.

“Jaman sudah berubah, tidakkah anda ingin berubah pula? Mulailah bergerak untuk kesuksesanmu sebelum kegagalan menggerakkanmu”
(Afza Yumaira)

Kenapa harus bermimpi? Tahukah anda bahwa mimpi-mimpi kita untuk masa depan adalah sebuah motor penggerak. Ialah bahan bakar saat mesin kreatifitas kita mati. Tanpa bermimpi kita ibarat patung, karena tak mampu bergerak ataupun menikmati perubahan lingkungan yang ada.

“Di Balik Kelezatan Pizza”?


Pizza. Siapa yang tak kenal dengan jenis makanan yang satu ini. Makanan khas yang berasal dari Italia ini sudah tak asing lagi di Indonesia. Rasanya yang menggigit dan tampilannya yang khas dan menarik dengan warna yang menonjol membuat makanan ini mudah dikenal. Memang, ada beberapa orang yang tak menyukainya, namun tak sedikit pula yang menyukai bahkan menjadikan pizza ini sebagai makanan favorit. Yang menyukainya pun dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Namun ada satu hal yang membuat saya tertegun dengan kenyataan tentang pizza. Salah satu acara di stasiun televisi swasta di Indonesia yang bertemakan “Di Balik Kelezatan Pizza” mengungkapkan fakta rahasia pizza secara gamblang. Ternyata ada saja oknum-oknum yang berbuat jahil. Mereka dengan sengaja memberikan zat-zat yang berfungsi untuk mengawetkan makanan, namun tak seharusnya untuk makanan, biasanya adalah pijer atau yang biasa disebut dengan borax. Sebelumnya sudah pernah ada berita-berita tantang borax yang ditambahkan pada beberapa jenis makanan, seperti bakso, tahu, mie, dan sebagainya. Berikut saya berikan sedikit info tentang zat tersebut yang saya rangkum dari hasil browsing melalui google.

Karya Terpendam


Aku buka lembar demi lembar dari buku usang ini. Hemm buku, tapi tidak juga. Ini hanyalah tumpukan lembaran kertas yang tak terpakai. Di balik tulisan-tulisan tangan ini sudah ada tulisan sebelumnya, tulisan yang aku tidak mengerti apa maksudnya.
“Bu Lek, memangnya mulai kapan Pak Lek nulis?”
“Sudah lama, Nduk. Sebelum nikah sama Bu Lek, beliau sudah nulis. Bu Lek lihat dari semua tulisannya. Bahkan ketika masih belum nikah, Pak Lek buat puisi dan gambar untuk Bu Lek. Agak lucu, sih, ketika Bu Lek ingat itu.” Sambil tersenyum menatap langit-langit rumahnya yang sederhana, Bu Lek mengenang saat-saat indah bersama Pak Lek.
“Berarti sudah lama ya. Pantas saja segini banyaknya.” Aku lihati tumpukan kertas berisi coretan-coretan gambar dan tulisan Pak Lek yang banyak ini, mulai dari yang lama, sekitar tahun 1970an sampai yang terbaru.

Bening



Seperti butiran pagi itu
Yang bergelung mengkubah di ujung daun
Bergelung saja,
Tak menetes jua
bergelung saja

Seperti serpihan resah subuh ini
Yang terdinding rapi di tirai sanubari
Terdinding saja,
Tak terungkap jua
terdinding saja

GLADAG KEMBAR


Tubuh tua, dan kaki yang rapuh itu mulai menapakkan diri di jalan perjuangan, tempat mempertaruhkan nasib hanya untuk sesuap nasi. Kota Jember nama tempat harapannya, dan Gladag kembar atau jembata kembar, sebagai salah satu tujuannya. Ia seorang kakek tua penjual pisang keliling. Namanya Parman, berusia sekitar enampuluh lima tahun. Bertubuh kurus, sedikit pendek dan biasa memakai topi yang sudah kumal. Orang yang melewati jembatan tersebut pasti akan menjumpainya, karena dia satu-satunya pedagang pisang yang memilih jembatan sebagai ladang rezekinya.
Jembatan padat dengan kendaraan, panas matahari menyengat, hujan yang terkadang melenyapkan kesegaran pisang-pisangnya, asap kendaraan yang siap meracuni pernafasaannya, dan rawannya keamanan lalulintas yang bisa tiap saat mengintai dirinya, tak membuatnya meninggalkan jembatan itu. Mungkin ada kenangan, atau karena Gladag Kembar adalah tempat pertama ia jumpai saat kakinya menginjak tanah Jember.

AKU SEDANG TIDAK INGIN MENULIS


Kau tahu sebuah keterpaksaan justru mempersempit kemauan? Jika kau sepakat dengan pendapatku kau tidak perlu membaca tulisan ini, karena aku sedang tidak ingin  menulis.
Mudah saja orang bilang menulis itu gampang. Pokok menulis. Sayang tidak semua orang bisa membiasakan atau karena menulis memang belum menjadi kebiasaan.
Ada sebuah aturan dari sebuah organisasi yang mewajibkan para anggotanya  menulis. Aturan itu memang sulit ditentang. Aku bagian dari organisasi ini.

IDEALIS (Realistis dan Fiktif)


            Terinspirasi dari buku “What ever you think, think the opposite” karangan Paul Arden. Sebuah tulisan yang berkebalikan dimana apa yang kita pikirkan belum tentu benar, terkadang hal yang gak rasional banget justru menjadi sebuah terobosan yang fenomenal. Mengutip sebuah kisah dari buku tersebut, ada kisah seseorang yang memiliki posisi sebagai manajer di sebuah perusahaan ternama, namun pada usia tertentu dia mengalami kejenuhan dengan apa yang dilakukannya. Hingga pada suatu saat ia mengatakan pada atasannya sebuah hal yang irrasional dan gak masuk akal banget. Ia memutuskan keluar dari perusahaan tersebut dan berniat menjadi seorang penggebuk drum alias drummer. Atasannya tidak yakin ia akan sukses. But diluar dugaan, ia sukses menjadi drummer band Cream dan menjadi band pengiring musisi inggris Eric Clapton.

FIGUR PEMIMPIN DALAM SHOLAT BERJAMAAH


Entah, sedang khusyuk beribadah atau memang sedang menggali inspirasi ketika sholat jumat. Kala itu pikiranku melayang jauh. Hanya tertuju dan berpikir, kenapa makmum selalu patuh pada imam?
Imam adalah seorang pemimpin dalam sholat. Tidak sekedar asal-asalan seseorang yang ditunjuk sebagai imam dalam sholat. Banyak sekali kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang imam. Mulai dari bacaan ayat yang harus fasih sampai penguasaan ayat-ayat yang tidak monoton. Belum lagi biasanya seorang imam dipilih dari kalangan orang yang sudah cukup umur.

“Surat”


            Langit menyulam awan mendung dengan guratan-guratan bermuka muram. Angin bertiup kencang sampai dahan pohon depan rumah berguncang, daun-daunnya menerpa jendela kamar sampai berisik. Berulangkali Lastri memanggil anaknya Nis dengan suara tipis yang nyaris karam tertelan hujan.  
            Sore itu Lastri ketakutan. Petir yang meledak-ledak membuatnya seringkali terkejut. Belum lagi suara bergemerusuk dari daun yang menyetubuhi kaca jendela kamarnya. Nafasnya sesak tercekat di tenggorokan. Tubuhnya menggigil kedinginan. Hanya tangan Lastri yang masih memilin butiran tasbih sembari berdzikir.

TIPS SEHAT DI MUSIM PENGHUJAN


Musim hujan kini telah tiba. Setiap hari hujan turun tanpa pernah bisa diduga. Terkadang pagi begitu cerah, menjelang siang langit sudah mulai menghitam. Dan tak butuh waktu lama, hujan akan turun dengan begitu derasnya.
Di musim penghujan ini, ada banyak hal sepele yang terkadang dilupakan. Salah satunya adalah menjaga kesehatan kita. Padahal kesehatan menjadi hal paling rentan ketika musim hujan telah tiba. Berikut ini ada beberapa tips agar kita selalu tetap sehat dan bugar meski harus berjuang menaklukkan hujan setiap hari.

KEHILANGAN


Mereka bilang  ini hanya masalah merelakan
Sebagian sempat berkata, biarkan waktu yang menyembuhkan semua
Dan yang lain menimpali untuk tak lagi mengenang yang sudah terjadi
Untukku…
Ini jauh dari definisi yang sudah mereka sampaikan
Teorema ikhlas tak lagi mampu menenangkan risau akan kehilanganmu
Segalanya masih tergambar jelas

JANGAN MENANGIS IBU


“Ya Allah, apa yang bisa aku berikan untuk Anakku? Aku tidak bisa bekerja untuknya, aku bahkan tak mampu membiayai sekolahnya, sehingga ia harus bekerja. Aku hanya bisa merepotkannya dengan kelemahan tubuhku yang tak mampu untuk bekerja lagi. Engkau maha adil ya Robb, engkau titipkan dia padaku, namun aku tidak bisa menjaganya dengan baik, aku tidak mampu memberinya kebahagiaan seperti ibu yang lain, bahkan aku membuat ia harus mencari nafkah menggantikan diriku yang sakit ini.
            Ya Rohman, kasih sayangmu tiada bertepi. Engkau mengetahui keadaan hamba, engkau paling tahu apa yang terbaik untuk diri ini, karena itu ya Allah, berikanlah kebahagiaan untuk anakku! Berikan kemudahan rizky pada kami agar Dilla bisa tetap sekolah layaknya anak SD lainnya, yang bisa bermain bahagia bersama teman-temanya, bukan lagi sekolah sambil bekerja, dan berikan kesehatan fisik ini ya Robb! Agar hamba bisa kembali bekerja” airmataku mengalir mengiringi tiap kalimat doa yang aku persembahkan pada Allah

Hikmah di Balik Keterpaksaan yang Indah

Sabtu, 17 mei 2000
Awan menggelanyut di langit sore yang kemerah-merahan. Burung-burung terbang munuju sarangnya. Jalan raya tampak ramai dengan sepeda motor yang lalu lalang. Nyala lampu-lampu kendaraan menerangi jalanan yang mulai redup. Debu-debu jalanan beterbangan di sekitar jalan besuki rahmat yang memang berdebu. Jalan tersebut tak begitu ramai karena memang bukan jalur utama di daerah tersebut. Sinar matahari semakin meredup, tergantikan lembayung kegelapan yang datang merangkak meyelimuti sang waktu.
Dari ujung jalan arah menuju jalan raya terlihat seseorang mengendarai sepeda motor.  Ia adalah seorang perempuan berumur 20-an yang mengenakan jaket jeans berwarna biru dan kerudung biru tua yang membalut wajahnya yang cantik. Setalah menempuh jarak sekitar 20-an meter ia menghentikan sepeda motornya di sebelah kanan di seberang jalan. Tangannya merogoh sesuatu dan mengeluarkan secarik kertas. Sejurus kemudian ia menoleh ke rumah yang ada di sebelah kanannya, lalu mengendarainya memasuki halaman rumah tersebut. Di sana terdapat dua rumah yang halamannya menjadi satu. Ia menhampiri pintu rumah yang telah ia amati sedari tadi.

Cobaan atau Anugerah?

Senin, 3 September 2012
Awan-awan di langit sore tampak memerah karena belaian sang mentari yang mulai terbenam. Sang malam mulai merangkak menyeret jubah kegelapannya. Kelelawar dan binatang malam lainnya mulai keluar dari sarangnya. Kodok-kodok mulai melantunkan marching band-nya, melengkapi suasana malam musim hujan ini.
Ini hari ketigaku masuk kelas setelah masa orientasi di asrama ini. Menyenangkan sekali, ketika pembelajaran, bisa bertemu guru yang asyik cara mengajarnya, dan juga bisa kenal siswa-siswa baru lainnya.
Tapi di sini aku harus fokus pada tujuanku. Mencari ilmu karena Allah untuk menjadi orang yang rahmatan lil’alamin. Dan ini merupakan kesempatan yang langka bisa belajar bahasa inggris gratis di tempat ini. Hanya bayar untuk sewa asramasaja, – yang murah jika dibandingkan kos di tempat lainnya – aku sudah bisa menikmati fasilitas yang memuaskan ini, dan juga bisa belajar bahasa inggris. Hemm.. nikmat ^_^

JA’I MALING KELAPA


Tidak ada orang yang benar-benar baik di zaman ini. Jika bukan bagian dari orang-orang yang menyakiti, pasti kita bagian orang yang yang suka memikirkan orang yang suka menyakiti. Namanya juga waspada. Tapi coba pertimbangkan lagi, apakah waspada yang kita maksud itu bukan curiga?
Maling teriak maling, banyak. Maling menuduh orang lain maling, banyak. Maling yang diam, padahal sudah banyak yang sudah menjadi korban, banyak. Tapi maling yang satu ini adalah maling yang aneh dibanding maling-maling itu.

KEHILANGAN CINDY


Suasana begitu sepi. Seakan tak ada angin yang bergerak. Begitu hening, hanya terdengar bunyi detakan jarum jam dinding besar coklat. Rumah ini seperti mati, kehilangan jiwanya. Tak ada keceriaan yang juga membuat orang lain ceria. Tak ada teriakan menggemaskan. Tak ada pula tangisan yang menyabarkan.
“Ayah, Cindy sekarang sedang apa ya?” Bu Renike menanyakan sesuatu yang tak dimengerti oleh suaminya, Pak Sofyan.
“Kita doakan saja dia. Pasti  Tuhan memberikan tempat yang terbaik untuknya.” Pak Sofyan mencoba menghiburnya..

TIPS & TRIK MEMANCING IDE NULIS


                Membuat sebuah karya memang membutuhkan adanya sebuah gagasan cemerlang agar menarik untuk dibaca. Gagasan itulah yang berkembang dari hal yang dinamakan ide. Pernahkah kawan tengah melamun dan tiba-tiba memikirkan sesuatu yang berbeda? Ya, itulah ide. Pemikiran kecil akan suatu hal yang bisa berkembang menjadi berbagai karya tulis baik fiksi atau non fiksi yang dapat kita temukan di mana saja. Di mana saja. Bisa di kebun, di sekolah, di kantin, di halte bis, di rumah sakit, bahkan di toilet pun kita bisa menemukan ide-ide jitu. Tidak percaya? Baiklah kita buktikan dengan langkah-langkah berikut ini.

Menatap Masa Depan

(Mengadaptasi dari  video : https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=JSwqFoDIFSQ )
     Oleh: Heri Istiawan

            Tatkala itu pagi masih begitu erat memeluk dinginya embun yang membasahi di setiap tetesanya pada dedaunan, dan sang surya yang masih nampak malu - malu bersembunyi di balik selimut awan yang amat sangat empuk itu untuk menampakan batang hidungnya, di pagi itu nampak dua pemuda yang sedang asik membicarakan sesuatu, sesuatu yang masih belum temu titik temunya, di situ mereka menaruh rasa yang begitu bergejolak dalam jiwa mereka, karena mereka ingin mencapai dan meraih semuanya yang ada dalam benak mereka, maka mereka menemukan gagasan dan landasan baru untuk mewujudkan keinginanya itu. sebut saja embro dan pipo,dan setiap kali mereka bertemu mereka selalu membicarakn keinginanya untuk membeli rumah, sapi dan lain2, dan sementara itu mereka harus berjang dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan mereka, mereka selalu berdo’a kepada ALLAH SWT, namuan apa yang mereka dapat do’a-do’a mereka selama ini masih belum di jawab sama sekali oleh allah, akan tetapi mereka tidak berhenti ampai di situ, masih seperti tujuan awal mereka yaitu ingin menjadi orang  yang sukses, di benak mereka hanya ada bekerja dan bekerja, hingga pada suatu hari mereka melihat dipapan pengumuman yang di buat oleh kepala desa setempat bahwasanya di sana tertera ada lowongan pekerjaan, yang di situ kerjanya sangat mudah hanya mengambil air dari bukit gunung dan di taruh di penampungan air yang telah di sediakan, karena di desa mereka pada saat itu memang lagi terlanda krisis air, tampa pikir panjang mereka langsung mendaftarkan diri mereka untuk ikut serta bekeja dan berkecimpuh di bidang itu, dengan bekal 2 pasang ember yang melekat pada tangan mereka, mereka bekerja dengan amat giat pagi hingga menjelang sore hari, dan pada sore harilah mereka mengambil hak-haknya, dan mereka mendapatkan upah itupun tergantung dari berapa banyak jumlah ember yang telah mereka isi, hari demi hari mereka mulai berfikir bagaimana caranya agar mendapatkan air yang lebih banyak, dan mendapatkan uang yang lebih banyak agar cita-cita mereka akan cepat tercapai, saat usai dari pekerjaanya mereka pulang ke gubuknya masing-masing akan tetapi pada malam itu mereka tak lansung tidur, mereka sedang memikirkan sesuatu, embro memiliki pemikiran yaitu dia akan memperbesar timbanya, dia berfikir dengan memperbesar timba itu maka dia akan mendapatkan penghasilan yang lebih dari pada yang sebelumnya, berbeda agi dengan penemuan pemikiran pipo, dia menemukan gagasan baru bahwasanya dia ingin merancang membuat saluran air,
            Keesokan harinya mereka sepert biasanya sebelum berangkat mereka berkumpul dulu di tempat biasanya mereka bertemu, di situ pipo memberi tau pada embro tetang penemuan barnya yaitu membuat saluran air, namum apa resopon yang pipo dapat, pipo di tertawakan oleh sahabatnya embro, akan tetapi pipo tak berheti begitu saja, dengan tak ada persetujuan dari sahabatnya, dia akan tetap melanjutkan misinya walaupun dngan seorang diri,
            Detik demi detik, menit demi menit, hari demu hari, bahkan bualan demi bulan waktu terus berjaan begitu cepat namun hasil yang di ciptakan pipo belum terlihat, tetapi dia masih terus mengali dan mengali di setiap waktu kosongnya itu, akan tetapi dia juga masih mengunakan waktunya yang lain untuk memanfaatkan timbanya, dan waktu itu hasil yang telah di dapatkan embro sudah nampak, dia sudah bisa membeli rumah dan se ekor sapi, akan tetapi kehidupan embro sekarang telah berubah, dia menikmati hasil jerih payahnaya sepulang dari kerja dia langsung pergi ke bar dan sering mabuk mabukan, sedangkan pipo dia masih mengali tanah dan banyak cemoohan dan hujatan dari warga setempat hingga dia di juluki oleh orang 2, dengan julukan“pipo si manusia saluran pipa” akan tetapi semua itu tak menyurutkan semangatnya, dia tetap pada pendirianya itu, setelah selang satu tahun karya si pipo mulai nampak sedikit demi sedikit dan mulai hampir selsai, akhirnya karya penemuan pipo untuk membuat saluran air selsai juga, sekarang pipo sudah menikmati hasilnya, walau dia tidur, atupun berpergian untuk berlibur gaji pipo terus mengalir seperti halnya ailiran sungai yang mengaliri desa itu sungguh beuntung si pipo, namuna bebeda sekali dengan kehidpan si embro  sekrang ini, di usianyaa yang semakin tua dia mulai bungkuk sebab beban timba yang begitu berat, dan raut wajahnyapun sudah berubah tak se ceria yang dulu kala.
            Kini hidup pipo jauh lebih enak daripada kehidupan embro sedangkan semua warga di desa itu yang dulunya menghina hina pipo kini mereka mulai sadar dan meminta maaf pada pipo, dan karya yang di hasilkanyapun sekarang sudah bisa di rasakan oleh semua orang yang ada di desa itu termasuk embro, dan sekarang mereka tak khawatir lagi akan datanya kekurangan air.
            Dari kisah di atas kita dapat megambil manfaatnya di antaranya jangan sampai kita menertawakan apa yang kita lakukan hari ini yang mungkin tidak bisa kita wujudkan, tapi takutlah pada seseorang yang engkau tertawakan itu, karena suau saat nanti dia akan menertawakanmu, dan kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa si pipo dia tidak memikirkan egonya sendiri akan tetapi dia jga memikirkan kelanjutan kehidupan yg ada di desanya..
             Memang hasil yang nyata akan membawa kita untuk melakukan apapun untuk meraihnya, akan tetapi pipo telah menunjukan kita bahwasanya janganlah membarter waktu kita dengan uang, dengan berkerja keras satu kali kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Pembunuhan Misterius

Kasus yang kedua yang terjadi pada pembunuhan mahasiswa yang samapai kini belum ada tindakan dari pemerintah memberikan pesan bahwa lemahnya pemerintah dalam penanganan hak asasi manusia.
(Mengadaptasi dari film dokumenter : http://www.engagemedia.org/Members/thecamp/videos/payung_hitam/view)
     Oleh : Ibnu Wicaksono 


Payung Hitam (The Black Umbrella) merupakan sebuah film documenter yang menerangakan penuntutan Hak Asasi Manusia (HAM) kepada Pemerintah. Ada 2 pihak yang merasa dirugikan dan mengadakan unjuk rasa dengan memakai paying hitam di depan istana Negara setiap hari Kamis.
Perjuangan dua tokoh perempuan, Neneng (35th) salah satu warga Rumpin yang tanah 1000 hektarnya, di ambil secara paksa oleh angkatan udara pada tahun 2007, dan Ibu Sumarsih adalah orang tua Wawan (mahasiswa atmajaya) korban penembakan ketika era reformasi, yang sampai sekarang belum di
tindak lanjuti kasusnya.

Mereka berdua bertemu di hari kamis, di aksi diam. Di mana setiap hari kamis para pejuang-pejuang dari berbagai macam kasus, dari era 65-sekarang selalu berdiri di depan istana, memegang payung hitam, membawa pesan-pesan para pejuang untuk di sampaikan ke Presiden.

Kedua tokoh ini merupakan perwakilan dari sekian banyak pejuang lainnya yang menuntut keadilan dan melawan lupa. Ibu Neneng seorang petani dan ibu rumah tangga dengan 5 anak, ketika tahun 2007 membuat dirinya menjadi aktivis, mencari tahu tentang advokasi hukum dan hak-hak kemanusiaan.
Dirinya menjadi refleksi pembelajaran bagi warga rumpin lainnya, karena Ibu Neneng mendapatkan banyak informasi sehingga bisa menindaklanjuti aksi-aksi berikutnya untuk kasus Rumpin.

Ibu Sumarsih (57th), pensiunan DPR dan sekarang hidupnya ia teruskan sebagai bentuk perjuangan Wawan anaknya yang tidak pernah di berikan kejelasan dari Negara. Sudah hampir 13 tahun ia berjuang melawan lupa mengalami berbagai macam tindakan dan respon yang mendukung dari berbagai
macam pihak. Ibu Sumarsih juga mempelopori kegiatan kamisan dengan memakai baju hitam setiap kegiatannya, dan selalu hadir di depan istana untuk menyuarakan keadilan. Sampai pertemuan keduanya di kamisan, menjadi agenda kehidupan keseharian mereka yang tidak akan pernah selesai sampai keadilan mereka dapatkan.

Film documenter “Payung Hitam” ini banyak memiliki pesan yang ingin disampaikan. Sebagai wadah atau media pengingat bagi para penguasa yang selalu melupakan dan meninggalkan tidak mengurus Hak-hak rakyat. Melalui Film ini kita bias melihat bahwa kurangnya penanganan dan kepedulian pemerintah terhadap hak-hak rakyat. Ini bisa menjadikan kinerja pemerintah akan selalu dinilai negative oleh masyarakat. PEnegakan hukum di Negara ini juga masih lemah. Siapa yang beruang banyak, dialah yang bisa berkuasa bebas di atas hukum. Masyarakatmiskin selalu dibodohi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sangat merugikan masyarakat. Kehidupan mereka selalu resah, setiap hari selalu ada pemblokiran dan penggalian sawah. Hal ini menjadikan mereka bersatu untuk melawan. Mereka memiliki keyakinan bahwa diam adalah pengkhianatan dan mundur akan ditindas. Tanah ini bukan milik pemerintah, bukan milik Belanda atau siapapun, tapi milik masyarakat.

My Dream

(Mengadaptasi dari video : http://www.youtube.com/watch?v=oSlvkPXfYyo)
Oleh : Nita

Butir-butir salju tampak keputihan dan tak berhenti turun sejak sebulan yang lalu. Langit bulan November yang tak sepenuhnya cerah itu selali membawa butir salju dari langit. Tangan Seo Eun tampak menikmati setiap butir yang jatuh itu. Dia bisa menikmati hujan salju kapan saja, tapi hari tampak menyenangkan. Wajahnya tertutup oleh jaket tebal, belum lagi kaca mata hitamnya menutupi matanya. Sendiri. Hening. Hanya ditemani salju yang tak berhenti turun ke bumi.  

"Nona tidak pulang?" suara seorang yang cukup dikenalnya. Oh itu agensinya, hidupnya jadi berantakan karena dia terperangkap di sebuah agensi hiburan. Ini bukan pilihannya, tapi ini pilihan 70% ibu di Seoul. Harusnya dia hidup di Kutub Utara saja. Jadi dia bebas melakukan apa saja. 

Seo Eun Ah, nama yang disandangnya kali ini berpengaruh terhadap kehidupannya di negara ini. Eun Ah, tak pernah bermimpi menjadi seorang idola, orang yang dibanggakan. Meskipun demi sebuah kebudayaan. Jika saja bisa menolak, mungkin dia akan menjadi seorang yang lain. Bukan menjadi seperti ini. Matanya menatap tajam ke arah ahjumma yang memakai jas rapi berwarna hitam, rambutnya sebahu dan memakai rok sewarna dengan jasnya. Managernya yang membuat jadwal konsernya. Tapi Eun Ah membencinya. Ingin melarikan diri tapi tidak bisa. Sudah ada hitam di atas putih. Jika sampai dirinya melarikan diri dari G-Entertainment bisa-bisa dia digugat.

"Baiklah, kita pulang sekarang. Oia, aku ingin nonton konsernya band di Busan, tapi biarkan aku sendirian ya?"

"Busan? bukankah anda diundang di sana?"

"Aku ingin merasakan jadi penonton, aku tak tahu bagaimana rasanya berteriak ketika melihat penampilan artis idola. Hemm...bilang saja aku tidak bisa hadir. Toh biasanya aku selalu datang."

Manajer Seo Eun hanya diam saja. Tak ada respon darinya. Eun Ah jadi tahu dan sudah cukup mengenal manajernya itu. Ketika dia tak berbicara maka dia tak bisa menolak keinginanya. Senyum Eun Ah kini melebar sempurna. Dia akan bersenang-senang di Busan. Menikmati langit Seoul meski dengan segala aksesoris yang tak memperlihatkan bahwa dia juga salah satu artis papan atas di negeri ginseng ini.

***
Busan masih menawan di malam yang tak berbintang. Langit mendung tak menyurutkan keinginanya Eun Ah untuk datang ke konser yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi terbesar di Korea itu. Tiket VIP sudah dipesannya. Dengan harga yang lumayan untuk kantong remaja. Tapi di negara yang ditempatinya kini 90% lebih tertarik membeli hal seperti ini daripada fashion. 

Konser akan dimulai dengan penampilan band papan atas di korea, padahal di Seoul sudah menjamur band yang terdiri dari beberapa orang personil. Mereka menari dan menyanyi. Tapi entah kenapa masih ada sebuah band yang cukup exis diantara beberapa boy or girl band itu. Eun Ah jadi ingin tahu apa yang sudah dilakukan olehnya. Karena bisa bertahan sampai sekarang. 

Suara musik mulai mengalun, di panggung sudah ada band yang beberapa personilnya membawa bass, drum dan gitar. Mereka tampak hebat. Setelah vokalisnya menyanyi, tiba-tiba bukan teriakan yang keluar dari mulut Eun Ah, tapi air matanya perlahan menetes. Eun Ah mengamati vokalis yang tampak menguasai panggung, menikmati suasana panggung dan bahagia dengan lagu-lagunya. Dia harus mengenalnya. Itu kalimat pertama yang tersimpan di otaknya. Harus mengenal lelaki itu. Ingin mengenalnya bukan berarti ingin belajar, agensinya sudah cukup andal untuk latihan. Tapi ingin tahu caranya agar merasakan kebahagiaan seperti itu ketika di panggung. Akhirnya Eun Ah datang di tempat fitting bajunya. Mungkin di sana dia bisa bertemu lelaki itu, lelaki yang dikenal dengan nama Lee Hong Dong dari Ft Blue.

"Lee Hong Dong, tunggu!" teriak Eun Ah, lagian lelaki itu pasti mengenalnya. Dia sama-sama selebritis di kota ini.

"Ya, sepertinya aku mengenalmu?" tanya lelaki itu sambil berusaha mengingat-ingat wajah Eun Ah.

"Tentu kau mengenalku, aku juga tahu kamu."

"Oh..pelantun lagu Sweet memory, betul, kan?"

"Ternyata kau ingat. Aku... ingin kita berbicang-bincang jika kau ada waktu."

"Tentu saja, jadwalku sudah tidak padat. Jadi kau boleh menghubungiku kapan saja," ucap Hong Dong dengan penuh antusias. 

"Aku harus pergi, hari ini aku melewatkan acara stasiun tivi ini. Aku ingin menikmati sebagai penonton. Jadi aku tidak hadir di sini."

Setelah itu Eun Ah meninggalkan lokasi itu. Dia akan menghubunginya nanti. Perkenalan yang cukup mengesankan. Dia bahkan mengingat lagunya. Harusnya, Dirinya juga merasakan bahagia yang sama ketika berada di atas panggung itu. Bukankah itu menyenangkan. Tapi tidak menyenangkan untuk dirinya.

***
Lee Hong Dong hanya memandang perempuan yang di sampingnya itu, ini merupakan pertemuan mereka yang kedua setelah teriakan Eun Ah yang dulu mengagetkannya. Perempuan yang aneh. Menghindari acaranya sendiri untuk menghadiri acara yang dihindarinya.
“Bagaimana bisa kau menyanyi seperti itu di panggung?” tanya Eun Ah setelah menambahkan beberapa butir gula di gelasnya.
“Karena aku menyukainya, makanya aku menyanyi seperti itu di panggung. Apa kau tak bisa seperti itu?”
“Aku selalu merasa sedih ketika naik ke panggung, entahlah. Rasanya aku tak akan bisa menyanyi lagi.” Eun Ah menghela nafasnya berat dan memandangi Hong Dong seakan minta jawaban.
“Kau pasti bisa. ingatlah kau bawa mimpi Ibumu dan itu akan menjadi hal yang membahagiakanmu juga.”
Benar apa yang dikatakan Hong Dong, dia memang tak membawa mimpinya, tapi membawa mimpi ibunya. Ibunya ingin dia sukses dengan jalan ini. sedangkan mimpinya yang lain adalah membahagiakan ibunya. Ya, sejak saat ini dia akan menikmati pekerjaannya. Seperti apa yang dilakukan Hong Dong untuk dirinya sendiri.
“Kau dekat denganku hanya untuk ini?” tanya Hong Dong setelahnya.
“Aku pengagummu, tapi aku juga ingin resep bahagia darimu.”
Hanya pertemuan singkat ini yang merubah kehidupan Eun Ah, pemikirannya yang kadang egois dan tak memikirkan yang lain. Dia akan berjanji untuk menyenangkan orang yang mencintainya. Dia akan meraih mimpi-mimpinya dengan cara seperti ini.

Aku adalah Dia

Nasehat Itu Butuh Telaah    
(Mengadaptasi dari video : http://www.youtube.com/watch?v=rUOiHTRiudM)
Oleh : Eny Musyarofah

            Hidup itu adalah pilihan dan setiap pilihan itu akan diminta pertanggungjawaban. Tidak semua nasehat yang tertuju pada diri kita adalah nasehat yang baik, karena sering kali seseorang menjadi lebih terjerumus pada kesesatan karena nasehat yang diterimanya langsung diaplikasikan tanpa berfikir panjang. Dalam menjalani kehidupan kejernihan hati nurani sangat penting untuk mampu menyaring hal-hal yang buruk dan menerima hal-hal baik.
         Keadaaan diri seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari sifat bawaan, orang-orang yang ada disekelilingnya dan kondisi lingkungan. Teman adalah orang yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang, karena biasanya teman sering kali memberi nasehat apabila keadaan kita dirasa tidak sesuai dengan yang diharapkan atau tidak dalam kondisi pada umumnya. Padahal belum tentu seseorang yang berperilaku tidak sesuai dengan kebanyakan orang adalah perilaku yang salah.  Menjadi seorang yang pendiam dan tidak pacaran bukanlah hal yang salah, asalkan menjadi pendiam tetapi tetap mampu bersosialisasi dengan manusia lain. Apalagi pacaran yang sama sekali tidak memberi keuntungan dan hanya mampu menciptakan banyak sekali kerugian.
        Mungkin sangat membekas apabila mendapat nasehat dari seorang teman, apalagi teman tersebut telah meninggal. Nasehat yang diberikan bisa saja menjadi sebuah kata-kata wasiat yang sulit untuk dilupakan, tetapi bukan berarti nasehat seorang teman tersebut benar dan layak untuk dijalankan. Gunakanlah hati nurani untuk berfikir lebih jauh atas nasehat yang telah diberikan. Bisa saja nasehat yang diberikan tersebut mampu memberi pencerahan dalam hidup atau malah menjadi bumeranng yang akan mampu membuat hidup kita yang semula dalam suatu kebenaran  menjadi melenceng dan tidak sesuai dengan aturan. Berhati-hati dalam menelaah apa yang orang lain nasehatkan sangat penting. Dalam film tersebut  Via berkata ”Banyak orang sukses tetapi tidak kuliah.” Mungkin hal itu memang benar, tetapi dengan menjadikan itu alasan untuk membolos saat kuliah, itu adalah kesalahan besar. Kesuksesan itu tidak hanya kemapuan memperoleh kekayaan. Kesuksesan itu adalah mampu menjadikan diri menjadi pribadi yang unggul dan tentu saja pribadi yang unggul tidak didapat dengan menjadi orang yang banyak melanggar nilai norma yang ada.