(Mengadaptasi dari video : http://www.youtube.com/watch?v=oSlvkPXfYyo)
Oleh : Nita
Butir-butir salju tampak
keputihan dan tak berhenti turun sejak sebulan yang lalu. Langit bulan November
yang tak sepenuhnya cerah itu selali membawa butir salju dari langit. Tangan
Seo Eun tampak menikmati setiap butir yang jatuh itu. Dia bisa menikmati hujan
salju kapan saja, tapi hari tampak menyenangkan. Wajahnya tertutup oleh jaket
tebal, belum lagi kaca mata hitamnya menutupi matanya. Sendiri. Hening. Hanya
ditemani salju yang tak berhenti turun ke bumi.
"Nona tidak
pulang?" suara seorang yang cukup dikenalnya. Oh itu agensinya, hidupnya
jadi berantakan karena dia terperangkap di sebuah agensi hiburan. Ini bukan
pilihannya, tapi ini pilihan 70% ibu di Seoul. Harusnya dia hidup di Kutub
Utara saja. Jadi dia bebas melakukan apa saja.
Seo Eun Ah, nama yang
disandangnya kali ini berpengaruh terhadap kehidupannya di negara ini. Eun Ah,
tak pernah bermimpi menjadi seorang idola, orang yang dibanggakan. Meskipun
demi sebuah kebudayaan. Jika saja bisa menolak, mungkin dia akan menjadi seorang
yang lain. Bukan menjadi seperti ini. Matanya menatap tajam ke arah ahjumma
yang memakai jas rapi berwarna hitam, rambutnya sebahu dan memakai rok sewarna
dengan jasnya. Managernya yang membuat jadwal konsernya. Tapi Eun Ah
membencinya. Ingin melarikan diri tapi tidak bisa. Sudah ada hitam di atas
putih. Jika sampai dirinya melarikan diri dari G-Entertainment bisa-bisa dia
digugat.
"Baiklah, kita
pulang sekarang. Oia, aku ingin nonton konsernya band di Busan, tapi biarkan
aku sendirian ya?"
"Busan? bukankah
anda diundang di sana?"
"Aku ingin
merasakan jadi penonton, aku tak tahu bagaimana rasanya berteriak ketika
melihat penampilan artis idola. Hemm...bilang saja aku tidak bisa hadir. Toh
biasanya aku selalu datang."
Manajer Seo Eun hanya
diam saja. Tak ada respon darinya. Eun Ah jadi tahu dan sudah cukup mengenal
manajernya itu. Ketika dia tak berbicara maka dia tak bisa menolak keinginanya.
Senyum Eun Ah kini melebar sempurna. Dia akan bersenang-senang di Busan.
Menikmati langit Seoul meski dengan segala aksesoris yang tak memperlihatkan
bahwa dia juga salah satu artis papan atas di negeri ginseng ini.
***
Busan masih menawan di
malam yang tak berbintang. Langit mendung tak menyurutkan keinginanya Eun Ah
untuk datang ke konser yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi terbesar
di Korea itu. Tiket VIP sudah dipesannya. Dengan harga yang lumayan untuk
kantong remaja. Tapi di negara yang ditempatinya kini 90% lebih tertarik
membeli hal seperti ini daripada fashion.
Konser akan dimulai
dengan penampilan band papan atas di korea, padahal di Seoul sudah menjamur
band yang terdiri dari beberapa orang personil. Mereka menari dan menyanyi.
Tapi entah kenapa masih ada sebuah band yang cukup exis diantara beberapa boy
or girl band itu. Eun Ah jadi ingin tahu apa yang sudah dilakukan olehnya.
Karena bisa bertahan sampai sekarang.
Suara musik mulai
mengalun, di panggung sudah ada band yang beberapa personilnya membawa bass,
drum dan gitar. Mereka tampak hebat. Setelah vokalisnya menyanyi, tiba-tiba bukan
teriakan yang keluar dari mulut Eun Ah, tapi air matanya perlahan menetes. Eun
Ah mengamati vokalis yang tampak menguasai panggung, menikmati suasana panggung
dan bahagia dengan lagu-lagunya. Dia harus mengenalnya. Itu kalimat pertama
yang tersimpan di otaknya. Harus mengenal lelaki itu. Ingin mengenalnya bukan
berarti ingin belajar, agensinya sudah cukup andal untuk latihan. Tapi ingin
tahu caranya agar merasakan kebahagiaan seperti itu ketika di panggung.
Akhirnya Eun Ah datang di tempat fitting bajunya. Mungkin di sana dia bisa
bertemu lelaki itu, lelaki yang dikenal dengan nama Lee Hong Dong dari Ft Blue.
"Lee Hong Dong,
tunggu!" teriak Eun Ah, lagian lelaki itu pasti mengenalnya. Dia sama-sama
selebritis di kota ini.
"Ya, sepertinya aku
mengenalmu?" tanya lelaki itu sambil berusaha mengingat-ingat wajah Eun
Ah.
"Tentu kau
mengenalku, aku juga tahu kamu."
"Oh..pelantun lagu Sweet memory, betul, kan?"
"Ternyata kau
ingat. Aku... ingin kita berbicang-bincang jika kau ada waktu."
"Tentu saja, jadwalku
sudah tidak padat. Jadi kau boleh menghubungiku kapan saja," ucap Hong
Dong dengan penuh antusias.
"Aku harus pergi,
hari ini aku melewatkan acara stasiun tivi ini. Aku ingin menikmati sebagai
penonton. Jadi aku tidak hadir di sini."
Setelah itu Eun Ah
meninggalkan lokasi itu. Dia akan menghubunginya nanti. Perkenalan yang cukup
mengesankan. Dia bahkan mengingat lagunya. Harusnya, Dirinya juga merasakan
bahagia yang sama ketika berada di atas panggung itu. Bukankah itu
menyenangkan. Tapi tidak menyenangkan untuk dirinya.
***
Lee Hong Dong hanya
memandang perempuan yang di sampingnya itu, ini merupakan pertemuan mereka yang
kedua setelah teriakan Eun Ah yang dulu mengagetkannya. Perempuan yang aneh.
Menghindari acaranya sendiri untuk menghadiri acara yang dihindarinya.
“Bagaimana bisa kau
menyanyi seperti itu di panggung?” tanya Eun Ah setelah menambahkan beberapa
butir gula di gelasnya.
“Karena aku menyukainya,
makanya aku menyanyi seperti itu di panggung. Apa kau tak bisa seperti itu?”
“Aku selalu merasa sedih
ketika naik ke panggung, entahlah. Rasanya aku tak akan bisa menyanyi lagi.”
Eun Ah menghela nafasnya berat dan memandangi Hong Dong seakan minta jawaban.
“Kau pasti bisa.
ingatlah kau bawa mimpi Ibumu dan itu akan menjadi hal yang membahagiakanmu
juga.”
Benar apa yang dikatakan
Hong Dong, dia memang tak membawa mimpinya, tapi membawa mimpi ibunya. Ibunya
ingin dia sukses dengan jalan ini. sedangkan mimpinya yang lain adalah
membahagiakan ibunya. Ya, sejak saat ini dia akan menikmati pekerjaannya.
Seperti apa yang dilakukan Hong Dong untuk dirinya sendiri.
“Kau dekat denganku
hanya untuk ini?” tanya Hong Dong setelahnya.
“Aku pengagummu, tapi
aku juga ingin resep bahagia darimu.”
Hanya pertemuan singkat
ini yang merubah kehidupan Eun Ah, pemikirannya yang kadang egois dan tak
memikirkan yang lain. Dia akan berjanji untuk menyenangkan orang yang
mencintainya. Dia akan meraih mimpi-mimpinya dengan cara seperti ini.
0 komentar:
Posting Komentar