About

Surat Untuk Ibu

Untuk seseorang yang tak pernah lelah menjagaku…
Hari ini tepat tanggal 22 Desember, kata orang ini dirayakan sebagai hari ibu. Dan ini berarti sudah 22 tahun aku tak pernah mengucapkan langsung padamu ibu. Kali ini aku bersembunyi di balik surat ini, berbeda dengan tahun lalu ketika aku hanya mampu memberi ucapan melalui pesan singkat itu. Entahlah, selalu ada saja jelaga ketidakyakinan untuk mengucapkannya dihadapanmu secara langsung. Bukan karena aku tak ingin, aku hanya belum mampu untuk melakukannya. Sejujurnya aku iri pada mereka yang begitu mudah mengucapkan itu semua. Aku pun ingin mendapat ciuman pipi dari ibu seperti yang lainnya.

Ibu…
aku memang tak pernah mengungkapkan seberapa besar sayangku pada ibu. Tapi aku sangat yakin, ibu pasti bisa membaca semuanya dari sikapku. Seperti ketika ibu dengan mudah menebak segala perasaanku. Ibu sangat tahu kapan aku senang, dan ibu sangat paham ketika aku benar-benar dalam keadaan kalut. Aku tak tahu, entah ibu memang bisa membaca pikiran atau mungkin karena ibu sudah terlalu lama berteman dengan Dedi Corbuzier. Yang pasti ibu selalu tahu bagaimana cara untuk menenangkan aku.
Bunda…
pasti ibu aneh membacanya, itu sebutan yang ingin aku sampaikan ke ibu. Tapi karena dari kecil sudah biasa memanggil ibu, jadi aku hanya mengungkapnya di sini. Apalah arti sebuah panggilan, mau itu ibu, emak, ebok, bunda, mama ataupun umi tak akan mengubah eksistensi kehadiranmu dalam hidupku. Karena buat aku, ibu tetap orang paling berharga yang aku punya saat ini.
Mom…
Itu nama yang aku tulis di phonebookku untuk no handphonemu. Maaf kalau selama ini hanya mampu merepotkanmu. Sampai sebesar ini, ada saja yang masih belum mampu aku siapkan sendiri. Dan ibu dengan senang hati menyiapkan semuanya. Maaf juga masih belum bisa mengukir senyum bangga di wajah ibu.
Ibu…
Aku tak pernah mengucapkan ini secara langsung, tapi kali ini aku kan tetap mengucapkannya. Selamat hari ibu. Semoga Allah selalu menjaga ibu dengan segala penjagaan terbaik-Nya. Do’akan aku agar aku tetap menjadi anak yang bisa ibu banggakan nantinya.
Anakmu… yang masih saja berkutat dalam keraguan
Rizkiyah Hidayati

1 komentar: