About

No Excuse

Siang bolong saya menerima pesan singkat dari istri, isinya "Mas doakan adek lancar-lancar aja. Ini mau berangkat halaqah, air sungai pasang. Semalam ujan deres soalnya." Saya sih belum kebayang, kalau sungai manggu dan katingan pasang seperti apa. Lebar sungainya saja sekitar empat atau lima kali lebar jalan Ahmad Yani jember. Wuizzz.
Seperti biasa, istri saya akan melalui perjalanan yang panjang ketika berangkat halaqoh. Harus menaiki kapal penyebrangan, melalui perjalanan jalur sungai sekitar 45 menit dan berjalan kaki beberapa kilometer. Lumayan melelahkan, terlebih hanya ada waktu istrahat sekitar satu jam dari jadwal pulang kerja. Bisa diartikan setiap hari itu, istri saya harus mengeluarkan waktu ekstra untuk menguras fisiknya, padahal kondisi sedang hamil.

Kalau dipikir demi masalah kesehatan dan menjaga kondisi fisik, istirahat adalah jawaban paling aman. Tidak mengandung resiko dan mengganggu pikiran. Kondisi alam siang ini juga tidak terlalu bersahabat. Saya sebenarnya tidak tega mengijinkan untuk pergi halaqoh siang ini. Hanya saja, ketika halaqoh sudah menjadi sebuah kebutuhan, tarbiyah menjadi ruh penjaga ghirah dakwah, dan ukhuwah menjadi tautan yang indah, niscaya khawatir dan perasaan lelah akan mengalah.
Saudaraku begitulah secuil gambaran perjuangan tarbiyah di sebuah pelosok kecil Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah. Sangat jauh sekali dengan apa yang kita rasakan di kota-kota besar. Kita sudah terlalu nyaman. Cukup naik motor, menaiki mobil pribadi, pun masih banyak angkutan umum lalu lalang. Lantas kenapa waktu dan peluang itu seringkali kita sia-siakan begitu saja.
Waktu yang sedianya begitu luang, menjadi sangat singkat lantaran kita seringkali terlambat datang. Enteng sekali kita melihat saudara kita menunggu lama, padahal mungkin sedari tadi kita ketiduran atau jalan-jalan. Parahnya lagi kalau kita dengan tanpa rasa menyesal enggan meluangkan waktu hanya karena kelelahan setelah seharian aktivitas bekerja.
Sebelum terlampau jauh kita tersesat, terlalu dalam terjerambab, dalam kesempatan baik ini kita perbaiki diri. Kita tata kembali tujuan hidup kita, semangat kita dan muncullah kita sebagai figur dakwah yang tangguh. No excuse untuk menyerah.
                                                                                                                         Syahrizal Bachtiar

0 komentar:

Posting Komentar