Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit
setiap insan yang merasakan meski rembulan tampil dengan bulat sempurna
meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan
tersebut tak turut menghibur hati Tono yang sedang padam bagai tersiram air
yang deras.
Tono adalah seorang pria yang sudah berkepala empat
akan tetapi satu persatu dari empat anaknya pergi meninggalkan Tono dan
istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya.
Tono termenung tak berdaya,
pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia mendapatkan uang
dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Rofik anak bungsunya yang
masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa sebab jika
pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di suruh tidur di
luar rumah, sebenarnya Tono tak tahan lagi atas perlakuan Tini, namun apa daya
nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya ,Ibu Tono
melarang Tono berhubungan dengan Tini,Ibu Tono tidak suka dengan sikap Tini
yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Tono memperdulikannya, ia hanya
ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik yaitu
Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang pria
yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun sudah
di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa restu
dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.
Dua jam berlalu, Tono masih dalam
posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit berharap bintang itu jatuh
kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat membantu kesusahannya.Dua jam
yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari langit,melihat peristiwa
tersebut sontak membuat Tono terkejut, ia beranggapan bahwa benda asing itu
adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir panjang Tono segera
memanjatkan doanya.
“Wahai bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan
keluar untuk ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih
percaya dengan Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone berbunyi
dengan nada yang beraturan, senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori
otaknya masih mengingat istri dan anaknya.
“Semoga saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi
kini beranjak naik lalu mengambil handphone
tua itu di saku bajunya, membuka sebuah pesan singkat dari seseorang yang tak
asing dipikirannya.
TONO TOLONG PULANG KE RUMAH, IBU MU SAKIT PARAH
Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak
berubah,aliran darahnya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris
belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes
hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik
menjadi bumerang untuk hidupnya.
“Wahai bintang !,Mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau
tega kepada ku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan
kedua tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah
tak terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.
Derai air mata yang pada saat itu
terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya saat ia membuat segores luka
di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga terjatuh dan akhirnya Ayah
mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan untuk ku ?, ataukah buah
dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu, pikirnya dalam hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang
sangat membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima
kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.
Sepeda kumbang berkarat yang setia
menemani kemana Tono pergi itu di kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia
tempuh,keringat terus mengguyur seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh
seorang anak yang merindukan sosok ibu, namun semua itu terbayar ketika ban
kendaraan tak bermesin itu berhenti tepat di sebuah rumah yang sangat megah,
rumah itu milik keluarga besar Kurniawan, rumah yang menemaninya hampir dua
puluh tahun, pintu gerbang yang biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak
kecil ia pakai untuk bermain, kursi bercat coklat tua yang tidak berubah
tampilannya yang dulu ia pakai untuk sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya
ke dunia masa lalu, masa lalu yang indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu, dimana
ibu dan ayahnya selalu memberi senyuman indah untuknya. Dari balik pintu
terlihat sosok manusia yang berbadan gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos
melemparkan satu senyuman manis tepat mengenai Tono.
“Ono kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya
membentangkan tangannya berharap sang anak memeluk dirinya.
“Ayah,maafkan Tono,Tono menyesal telah berbuat seperti ini”,balasnya
dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian memeluk
tubuh ayahnya.
“Sudahlah Tono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu karena itu sudah ayah
lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu juga meminta maaf karena
sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus punggungnya.
Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh
seorang wanita tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.
“Ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Tono tertuju ke arah Ayah, setelah
pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah.
“Itu ibu nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat
merindukan mu”,ajak sang ayah kepadanya
“Nanti saja yah, Tono belum siap untuk bertemu ibu, mungkin besok Tono datang
bersama keluarga”,ujar Tono seraya memegang tangan ayah.
“Baiklah,ayah mengerti ya sudah pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan
mu”,ucap ayah memberi satu lagi senyuman manis.
Akhirnya Tono pulang dan kembali ke
rumahnya dengan rasa senang,tenang dan nyaman meski Tono masih belum bertemu
dengan ibunya setidaknya ayah masih menyambutnya dengan ramah. Ditengah
perjalanan ia dikejutkan dengan temuan benda asing, benda asing yang berbentuk
botol itu memaksa ban sepeda Tono berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau
nya muncul dipegangnya botol itu oleh Tono kemudian penutup botol itu terbuka
ketika Tono memaksakan tangannya untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar
asap tebal yang menutupi seluruh pandangannya, namun ketika asap itu sedikit
demi sedikit menghilang pandangan Tono tertuju pada sosok orang yang berpostur
tinggi jenggotnya dipenuhi uban penampilannya pun sangat membingungkan Tono.
“Siapa kau!.”ujar Tono mengangkat
telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari Timur Tengah, karena tuan telah menyelamatkan
hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba akan
kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, Tono seolah tak percaya
namun apa salahnya jika mencoba, pikirnya.
“Baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu jika
tidak kau berarti hanya seorang pembual.”
“Memang apa permintaan mu wahai tuan ku?.”
“Aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku wahai mahluk
halus.”
“Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku hanya ingin tahu dibalik
permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud permintaan mu.”
“Wahai jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin
berubah dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar jawaban Tono, jin itu menangis dan akhirnya
permintaan Tono itu dikabulkan olehnya dengan memberi satu pesan kepada Tono.
Nama :Eprina
Aviningsih Siregar
Nama Pena :Eprina
Siregar
Alamat :Jalan
Anggrek II/No. 18
Kelurahan:
Jember lor, Kecamatan: Patrang
Jember,
Jatim
No Hp :085749988232
0 komentar:
Posting Komentar