About

Ini kenapa aku benci Februari


Untuk makmum terbaikku….
Bagaimana kabarmu di perantauaan sana? Masih kuatkah hatimu untuk terus mengabdi pada bukit yang begitu terpencil itu? lalu bagaimana kabar jagoan kecil kita, masih tetap lincah seperti biasanya kan? Mungkin kamu terlalu kaget ketika menerima surat ini. Memang bukan kebiasaanku untuk menulis surat seperti ini. Hanya saja ketika melihat kalender tadi, aku terhenyak sejenak, ketika aku sadari ini sudah memasuki bulan Februari. Dulu kamu selalu bertanya ketika aku begitu membenci bulan februari ini.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk jujur kenapa aku begitu membenci bulan februari ini. kamu pasti tahu, bulan ini adalah bulan dengan umur terpendek. Tahun ini saja, bulan ini hanya berumur 28 hari. Itu berarti aku hanya bisa mendo’akanmu sepanjang 28 hari itu. Padahal aku ingin selalu mendo’akanmu sepanjang waktu. Tapi februari hanya membatasi dengan 28 hari atau 29 hari ketika memasuki tahun kabisat.

Seperti biasanya, kita selalu terjaga di sepertiga malam untuk menghadap Rabb kita. Dan ketika memasuki Februari, itu berarti aku hanya punya 28 malam untuk terjaga bersamamu. Rasanya tak cukup 28 malam untuk memastikan kamu adalah orang pertama yang aku toleh di akhir sholatku. 28 terlalu singkat ketika kita larut dalam sujud kita masing-masing.
Dan ini mungkin alasan terakhir kenapa aku benci dengan bulan ini. Kata orang, bulan ini adalah bulan kasih sayang. Bagaimana mungkin mereka memilih bulan dengan umur terpendek sebagai bulan kasih sayang. Bukankah itu berarti semakin sedikit kasih sayang yang diberikan. Memang bukan agama kita yang meyakini itu semua, akupun tak peduli akan itu. Tapi kalau boleh aku memilih, hari kasih sayang itu tak harus ada. Karena yang aku pahami setelah kuucap akad itu, aku selalu menyayangimu setiap waktu. Tak pernah putus ku sebut namamu dalam akhir sujudku.
Sekarang kamu sudah tahukan kenapa aku begitu benci dengan bulan ini?
Ya, karena aku hanya takut kekurangan waktu untuk selalu mendo’akanmu istriku

Imam sholatmu…
yang begitu merindukan makmum yang berada di perantauan sana

0 komentar:

Posting Komentar