Pizza.
Siapa yang tak kenal dengan jenis makanan yang satu ini. Makanan khas yang
berasal dari Italia ini sudah tak asing lagi di Indonesia. Rasanya yang
menggigit dan tampilannya yang khas dan menarik dengan warna yang menonjol
membuat makanan ini mudah dikenal. Memang, ada beberapa orang yang tak
menyukainya, namun tak sedikit pula yang menyukai bahkan menjadikan pizza ini
sebagai makanan favorit. Yang menyukainya pun dari berbagai kalangan, mulai
dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Namun
ada satu hal yang membuat saya tertegun dengan kenyataan tentang pizza. Salah
satu acara di stasiun televisi swasta di Indonesia yang bertemakan “Di Balik
Kelezatan Pizza” mengungkapkan fakta rahasia pizza secara gamblang. Ternyata ada
saja oknum-oknum yang berbuat jahil. Mereka dengan sengaja memberikan zat-zat
yang berfungsi untuk mengawetkan makanan, namun tak seharusnya untuk makanan,
biasanya adalah pijer atau yang biasa disebut dengan borax. Sebelumnya sudah
pernah ada berita-berita tantang borax yang ditambahkan pada beberapa jenis
makanan, seperti bakso, tahu, mie, dan sebagainya. Berikut saya berikan sedikit
info tentang zat tersebut yang saya rangkum dari hasil browsing melalui google.
Aku
buka lembar demi lembar dari buku usang ini. Hemm buku, tapi tidak juga. Ini
hanyalah tumpukan lembaran kertas yang tak terpakai. Di balik tulisan-tulisan
tangan ini sudah ada tulisan sebelumnya, tulisan yang aku tidak mengerti apa maksudnya.
“Bu
Lek, memangnya mulai kapan Pak Lek nulis?”
“Sudah
lama, Nduk. Sebelum nikah sama Bu Lek, beliau sudah nulis. Bu Lek lihat dari
semua tulisannya. Bahkan ketika masih belum nikah, Pak Lek buat puisi dan
gambar untuk Bu Lek. Agak lucu, sih, ketika Bu Lek ingat itu.” Sambil tersenyum
menatap langit-langit rumahnya yang sederhana, Bu Lek mengenang saat-saat indah
bersama Pak Lek.
“Berarti
sudah lama ya. Pantas saja segini banyaknya.” Aku lihati tumpukan kertas berisi
coretan-coretan gambar dan tulisan Pak Lek yang banyak ini, mulai dari yang
lama, sekitar tahun 1970an sampai yang terbaru.
Tubuh tua, dan
kaki yang rapuh itu mulai menapakkan diri di jalan perjuangan, tempat
mempertaruhkan nasib hanya untuk sesuap nasi. Kota Jember nama tempat
harapannya, dan Gladag kembar atau jembata kembar, sebagai salah satu
tujuannya. Ia seorang kakek tua penjual pisang keliling. Namanya Parman,
berusia sekitar enampuluh lima tahun. Bertubuh kurus, sedikit pendek dan biasa
memakai topi yang sudah kumal. Orang yang melewati jembatan tersebut pasti akan
menjumpainya, karena dia satu-satunya pedagang pisang yang memilih jembatan
sebagai ladang rezekinya.
Jembatan padat
dengan kendaraan, panas matahari menyengat, hujan yang terkadang melenyapkan
kesegaran pisang-pisangnya, asap kendaraan yang siap meracuni pernafasaannya,
dan rawannya keamanan lalulintas yang bisa tiap saat mengintai dirinya, tak
membuatnya meninggalkan jembatan itu. Mungkin ada kenangan, atau karena Gladag Kembar
adalah tempat pertama ia jumpai saat kakinya menginjak tanah Jember.
Kau
tahu sebuah keterpaksaan justru mempersempit kemauan? Jika kau sepakat dengan
pendapatku kau tidak perlu membaca tulisan ini, karena aku sedang tidak
ingin menulis.
Mudah
saja orang bilang menulis itu gampang. Pokok menulis. Sayang tidak semua orang
bisa membiasakan atau karena menulis memang belum menjadi kebiasaan.
Ada
sebuah aturan dari sebuah organisasi yang mewajibkan para anggotanya menulis. Aturan itu memang sulit ditentang. Aku
bagian dari organisasi ini.
Terinspirasi dari buku “What ever you think, think the
opposite” karangan Paul Arden. Sebuah tulisan yang
berkebalikan dimana apa yang kita pikirkan belum tentu benar, terkadang hal
yang gak
rasional banget justru menjadi sebuah terobosan yang fenomenal. Mengutip sebuah kisah dari buku
tersebut,
ada kisah
seseorang yang memiliki posisi sebagai
manajer
di sebuah perusahaan ternama,
namun pada usia tertentu dia mengalami kejenuhan dengan apa yang dilakukannya.
Hingga pada suatu saat ia mengatakan pada atasannya sebuah hal yang irrasional dan gak masuk akal banget. Ia memutuskan keluar dari perusahaan
tersebut dan berniat menjadi seorang penggebuk drum alias drummer. Atasannya
tidak yakin ia akan sukses.
Butdiluar
dugaan,
ia sukses menjadi drummer band Cream
dan menjadi band pengiring musisi
inggris
Eric Clapton.
Entah, sedang khusyuk
beribadah atau memang sedang menggali inspirasi ketika sholat jumat. Kala itu
pikiranku melayang jauh. Hanya tertuju dan berpikir, kenapa makmum selalu patuh
pada imam?
Imam adalah seorang
pemimpin dalam sholat. Tidak sekedar asal-asalan seseorang yang ditunjuk
sebagai imam dalam sholat. Banyak sekali kriteria yang harus dipenuhi oleh
seorang imam. Mulai dari bacaan ayat yang harus fasih sampai penguasaan
ayat-ayat yang tidak monoton. Belum lagi biasanya seorang imam dipilih dari
kalangan orang yang sudah cukup umur.
Langit
menyulam awan mendung dengan guratan-guratan bermuka muram. Angin bertiup
kencang sampai dahan pohon depan rumah berguncang, daun-daunnya menerpa jendela
kamar sampai berisik. Berulangkali Lastri memanggil anaknya Nis dengan suara
tipis yang nyaris karam tertelan hujan.
Sore
itu Lastri ketakutan. Petir yang meledak-ledak membuatnya seringkali terkejut.
Belum lagi suara bergemerusuk dari daun yang menyetubuhi kaca jendela kamarnya.
Nafasnya sesak tercekat di tenggorokan. Tubuhnya menggigil kedinginan. Hanya tangan
Lastri yang masih memilin butiran tasbih sembari berdzikir.
Musim hujan kini telah tiba. Setiap hari
hujan turun tanpa pernah bisa diduga. Terkadang pagi begitu cerah, menjelang
siang langit sudah mulai menghitam. Dan tak butuh waktu lama, hujan akan turun
dengan begitu derasnya.
Di musim penghujan ini, ada banyak hal
sepele yang terkadang dilupakan. Salah satunya adalah menjaga kesehatan kita. Padahal
kesehatan menjadi hal paling rentan ketika musim hujan telah tiba. Berikut ini
ada beberapa tips agar kita selalu tetap sehat dan bugar meski harus berjuang
menaklukkan hujan setiap hari.
“Ya Allah, apa
yang bisa aku berikan untuk Anakku? Aku tidak bisa bekerja untuknya, aku bahkan
tak mampu membiayai sekolahnya, sehingga ia harus bekerja. Aku hanya bisa
merepotkannya dengan kelemahan tubuhku yang tak mampu untuk bekerja lagi.
Engkau maha adil ya Robb, engkau titipkan dia padaku, namun aku tidak bisa
menjaganya dengan baik, aku tidak mampu memberinya kebahagiaan seperti ibu yang
lain, bahkan aku membuat ia harus mencari nafkah menggantikan diriku yang sakit
ini.
Ya
Rohman, kasih sayangmu tiada bertepi. Engkau mengetahui keadaan hamba, engkau
paling tahu apa yang terbaik untuk diri ini, karena itu ya Allah, berikanlah
kebahagiaan untuk anakku! Berikan kemudahan rizky pada kami agar Dilla bisa
tetap sekolah layaknya anak SD lainnya, yang bisa bermain bahagia bersama
teman-temanya, bukan lagi sekolah sambil bekerja, dan berikan kesehatan fisik
ini ya Robb! Agar hamba bisa kembali bekerja” airmataku mengalir mengiringi
tiap kalimat doa yang aku persembahkan pada Allah
Awan menggelanyut di langit sore yang
kemerah-merahan. Burung-burung terbang munuju sarangnya. Jalan raya tampak
ramai dengan sepeda motor yang lalu lalang. Nyala lampu-lampu kendaraan
menerangi jalanan yang mulai redup. Debu-debu jalanan beterbangan di sekitar
jalan besuki rahmat yang memang berdebu. Jalan tersebut tak begitu ramai karena
memang bukan jalur utama di daerah tersebut. Sinar matahari semakin meredup,
tergantikan lembayung kegelapan yang datang merangkak meyelimuti sang waktu.
Dari ujung jalan arah menuju jalan raya
terlihat seseorang mengendarai sepeda motor.
Ia adalah seorang perempuan berumur 20-an yang mengenakan jaket jeans
berwarna biru dan kerudung biru tua yang membalut wajahnya yang cantik. Setalah
menempuh jarak sekitar 20-an meter ia menghentikan sepeda motornya di sebelah
kanan di seberang jalan. Tangannya merogoh sesuatu dan mengeluarkan secarik
kertas. Sejurus kemudian ia menoleh ke rumah yang ada di sebelah kanannya, lalu
mengendarainya memasuki halaman rumah tersebut. Di sana terdapat dua rumah yang
halamannya menjadi satu. Ia menhampiri pintu rumah yang telah ia amati sedari
tadi.
Awan-awan di langit sore tampak memerah karena belaian
sang mentari yang mulai terbenam. Sang malam mulai merangkak menyeret jubah
kegelapannya. Kelelawar dan binatang malam lainnya mulai keluar dari sarangnya.
Kodok-kodok mulai melantunkan marching
band-nya, melengkapi suasana malam musim hujan ini.
Ini hari ketigaku masuk kelas setelah masa orientasi di
asrama ini. Menyenangkan sekali, ketika pembelajaran, bisa bertemu guru yang
asyik cara mengajarnya, dan juga bisa kenal siswa-siswa baru lainnya.
Tapi di sini aku harus fokus pada tujuanku. Mencari ilmu
karena Allah untuk menjadi orang yang rahmatan
lil’alamin. Dan ini merupakan kesempatan yang langka bisa belajar bahasa
inggris gratis di tempat ini. Hanya bayar untuk sewa asramasaja, – yang murah
jika dibandingkan kos di tempat lainnya – aku sudah bisa menikmati fasilitas
yang memuaskan ini, dan juga bisa belajar bahasa inggris. Hemm.. nikmat ^_^
Tidak
ada orang yang benar-benar baik di zaman ini. Jika bukan bagian dari
orang-orang yang menyakiti, pasti kita bagian orang yang yang suka memikirkan
orang yang suka menyakiti. Namanya juga waspada. Tapi coba pertimbangkan lagi,
apakah waspada yang kita maksud itu bukan curiga?
Maling
teriak maling, banyak. Maling menuduh orang lain maling, banyak. Maling yang
diam, padahal sudah banyak yang sudah menjadi korban, banyak. Tapi maling yang
satu ini adalah maling yang aneh dibanding maling-maling itu.
Suasana begitu sepi. Seakan tak ada
angin yang bergerak. Begitu hening, hanya terdengar bunyi detakan jarum jam
dinding besar coklat. Rumah ini seperti mati, kehilangan jiwanya. Tak ada
keceriaan yang juga membuat orang lain ceria. Tak ada teriakan menggemaskan.
Tak ada pula tangisan yang menyabarkan.
“Ayah, Cindy sekarang sedang apa ya?” Bu
Renike menanyakan sesuatu yang tak dimengerti oleh suaminya, Pak Sofyan.
“Kita doakan saja dia. Pasti Tuhan memberikan tempat yang terbaik untuknya.”
Pak Sofyan mencoba menghiburnya..
Membuat sebuah karya memang
membutuhkan adanya sebuah gagasan cemerlang agar menarik untuk dibaca. Gagasan
itulah yang berkembang dari hal yang dinamakan ide. Pernahkah kawan tengah
melamun dan tiba-tiba memikirkan sesuatu yang berbeda? Ya, itulah ide.
Pemikiran kecil akan suatu hal yang bisa berkembang menjadi berbagai karya
tulis baik fiksi atau non fiksi yang dapat kita temukan di mana saja. Di mana
saja. Bisa di kebun, di sekolah, di kantin, di halte bis, di rumah sakit,
bahkan di toilet pun kita bisa menemukan ide-ide jitu. Tidak percaya? Baiklah
kita buktikan dengan langkah-langkah berikut ini.
(Mengadaptasi dari video : https://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=JSwqFoDIFSQ )
Oleh: Heri Istiawan
Tatkala itu pagi masih begitu erat memeluk dinginya embun yang membasahi di setiap tetesanya pada dedaunan, dan sang surya yang masih nampak malu - malu bersembunyi di balik selimut awan yang amat sangat empuk itu untuk menampakan batang hidungnya, di pagi itu nampak dua pemuda yang sedang asik membicarakan sesuatu, sesuatu yang masih belum temu titik temunya, di situ mereka menaruh rasa yang begitu bergejolak dalam jiwa mereka, karena mereka ingin mencapai dan meraih semuanya yang ada dalam benak mereka, maka mereka menemukan gagasan dan landasan baru untuk mewujudkan keinginanya itu. sebut saja embro dan pipo,dan setiap kali mereka bertemu mereka selalu membicarakn keinginanya untuk membeli rumah, sapi dan lain2, dan sementara itu mereka harus berjang dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan mereka, mereka selalu berdo’a kepada ALLAH SWT, namuan apa yang mereka dapat do’a-do’a mereka selama ini masih belum di jawab sama sekali oleh allah, akan tetapi mereka tidak berhenti ampai di situ, masih seperti tujuan awal mereka yaitu ingin menjadi orang yang sukses, di benak mereka hanya ada bekerja dan bekerja, hingga pada suatu hari mereka melihat dipapan pengumuman yang di buat oleh kepala desa setempat bahwasanya di sana tertera ada lowongan pekerjaan, yang di situ kerjanya sangat mudah hanya mengambil air dari bukit gunung dan di taruh di penampungan air yang telah di sediakan, karena di desa mereka pada saat itu memang lagi terlanda krisis air, tampa pikir panjang mereka langsung mendaftarkan diri mereka untuk ikut serta bekeja dan berkecimpuh di bidang itu, dengan bekal 2 pasang ember yang melekat pada tangan mereka, mereka bekerja dengan amat giat pagi hingga menjelang sore hari, dan pada sore harilah mereka mengambil hak-haknya, dan mereka mendapatkan upah itupun tergantung dari berapa banyak jumlah ember yang telah mereka isi, hari demi hari mereka mulai berfikir bagaimana caranya agar mendapatkan air yang lebih banyak, dan mendapatkan uang yang lebih banyak agar cita-cita mereka akan cepat tercapai, saat usai dari pekerjaanya mereka pulang ke gubuknya masing-masing akan tetapi pada malam itu mereka tak lansung tidur, mereka sedang memikirkan sesuatu, embro memiliki pemikiran yaitu dia akan memperbesar timbanya, dia berfikir dengan memperbesar timba itu maka dia akan mendapatkan penghasilan yang lebih dari pada yang sebelumnya, berbeda agi dengan penemuan pemikiran pipo, dia menemukan gagasan baru bahwasanya dia ingin merancang membuat saluran air,
Keesokan harinya mereka sepert biasanya sebelum berangkat mereka berkumpul dulu di tempat biasanya mereka bertemu, di situ pipo memberi tau pada embro tetang penemuan barnya yaitu membuat saluran air, namum apa resopon yang pipo dapat, pipo di tertawakan oleh sahabatnya embro, akan tetapi pipo tak berheti begitu saja, dengan tak ada persetujuan dari sahabatnya, dia akan tetap melanjutkan misinya walaupun dngan seorang diri,
Detik demi detik, menit demi menit, hari demu hari, bahkan bualan demi bulan waktu terus berjaan begitu cepat namun hasil yang di ciptakan pipo belum terlihat, tetapi dia masih terus mengali dan mengali di setiap waktu kosongnya itu, akan tetapi dia juga masih mengunakan waktunya yang lain untuk memanfaatkan timbanya, dan waktu itu hasil yang telah di dapatkan embro sudah nampak, dia sudah bisa membeli rumah dan se ekor sapi, akan tetapi kehidupan embro sekarang telah berubah, dia menikmati hasil jerih payahnaya sepulang dari kerja dia langsung pergi ke bar dan sering mabuk mabukan, sedangkan pipo dia masih mengali tanah dan banyak cemoohan dan hujatan dari warga setempat hingga dia di juluki oleh orang 2, dengan julukan“pipo si manusia saluran pipa” akan tetapi semua itu tak menyurutkan semangatnya, dia tetap pada pendirianya itu, setelah selang satu tahun karya si pipo mulai nampak sedikit demi sedikit dan mulai hampir selsai, akhirnya karya penemuan pipo untuk membuat saluran air selsai juga, sekarang pipo sudah menikmati hasilnya, walau dia tidur, atupun berpergian untuk berlibur gaji pipo terus mengalir seperti halnya ailiran sungai yang mengaliri desa itu sungguh beuntung si pipo, namuna bebeda sekali dengan kehidpan si embro sekrang ini, di usianyaa yang semakin tua dia mulai bungkuk sebab beban timba yang begitu berat, dan raut wajahnyapun sudah berubah tak se ceria yang dulu kala.
Kini hidup pipo jauh lebih enak daripada kehidupan embro sedangkan semua warga di desa itu yang dulunya menghina hina pipo kini mereka mulai sadar dan meminta maaf pada pipo, dan karya yang di hasilkanyapun sekarang sudah bisa di rasakan oleh semua orang yang ada di desa itu termasuk embro, dan sekarang mereka tak khawatir lagi akan datanya kekurangan air.
Dari kisah di atas kita dapat megambil manfaatnya di antaranya jangan sampai kita menertawakan apa yang kita lakukan hari ini yang mungkin tidak bisa kita wujudkan, tapi takutlah pada seseorang yang engkau tertawakan itu, karena suau saat nanti dia akan menertawakanmu, dan kita juga dapat mengambil pelajaran bahwa si pipo dia tidak memikirkan egonya sendiri akan tetapi dia jga memikirkan kelanjutan kehidupan yg ada di desanya..
Memang hasil yang nyata akan membawa kita untuk melakukan apapun untuk meraihnya, akan tetapi pipo telah menunjukan kita bahwasanya janganlah membarter waktu kita dengan uang, dengan berkerja keras satu kali kita akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Kasus yang kedua yang terjadi pada pembunuhan mahasiswa yang samapai kini belum ada tindakan dari pemerintah memberikan pesan bahwa lemahnya pemerintah dalam penanganan hak asasi manusia.
(Mengadaptasi dari film dokumenter : http://www.engagemedia.org/Members/thecamp/videos/payung_hitam/view)
Oleh : Ibnu Wicaksono
Payung Hitam (The Black Umbrella) merupakan sebuah film documenter
yang menerangakan penuntutan Hak Asasi Manusia (HAM) kepada Pemerintah. Ada 2 pihak yang merasa
dirugikan dan mengadakan unjuk rasa dengan memakai paying hitam di depan istana
Negara setiap hari Kamis.
Perjuangan dua tokoh perempuan, Neneng (35th) salah satu warga
Rumpin yang tanah 1000 hektarnya, di ambil secara paksa oleh angkatan udara
pada tahun 2007, dan Ibu Sumarsih adalah orang tua Wawan (mahasiswa atmajaya)
korban penembakan ketika era reformasi, yang sampai sekarang belum di
tindak lanjuti
kasusnya.
Mereka berdua bertemu di hari kamis, di aksi diam. Di mana setiap
hari kamis para pejuang-pejuang dari berbagai macam kasus, dari era 65-sekarang
selalu berdiri di depan istana, memegang payung hitam, membawa pesan-pesan para
pejuang untuk di sampaikan ke Presiden.
Kedua tokoh ini merupakan perwakilan dari sekian banyak pejuang
lainnya yang menuntut keadilan dan melawan lupa. Ibu Neneng seorang petani dan
ibu rumah tangga dengan 5 anak, ketika tahun 2007 membuat dirinya menjadi
aktivis, mencari tahu tentang advokasi hukum dan hak-hak kemanusiaan.
Dirinya menjadi
refleksi pembelajaran bagi warga rumpin lainnya, karena Ibu Neneng mendapatkan
banyak informasi sehingga bisa menindaklanjuti aksi-aksi berikutnya untuk kasus
Rumpin.
Ibu Sumarsih (57th), pensiunan DPR dan sekarang hidupnya ia teruskan
sebagai bentuk perjuangan Wawan anaknya yang tidak pernah di berikan kejelasan
dari Negara. Sudah hampir 13 tahun ia berjuang melawan lupa mengalami berbagai
macam tindakan dan respon yang mendukung dari berbagai
macam pihak. Ibu
Sumarsih juga mempelopori kegiatan kamisan dengan memakai baju hitam setiap
kegiatannya, dan selalu hadir di depan istana untuk menyuarakan keadilan.
Sampai pertemuan keduanya di kamisan, menjadi agenda kehidupan keseharian
mereka yang tidak akan pernah selesai sampai keadilan mereka dapatkan.
Film documenter “Payung Hitam” ini banyak memiliki pesan yang ingin
disampaikan. Sebagai wadah atau media pengingat bagi para penguasa yang selalu
melupakan dan meninggalkan tidak mengurus Hak-hak rakyat. Melalui Film ini kita
bias melihat bahwa kurangnya penanganan dan kepedulian pemerintah terhadap
hak-hak rakyat. Ini bisa menjadikan kinerja pemerintah akan selalu dinilai
negative oleh masyarakat. PEnegakan hukum di Negara ini juga masih lemah. Siapa
yang beruang banyak, dialah yang bisa berkuasa bebas di atas hukum. Masyarakatmiskin selalu dibodohi dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang sangat merugikan
masyarakat. Kehidupan mereka selalu resah, setiap hari selalu ada pemblokiran
dan penggalian sawah. Hal ini menjadikan mereka bersatu untuk melawan. Mereka
memiliki keyakinan bahwa diam adalah pengkhianatan dan mundur akan ditindas. Tanah
ini bukan milik pemerintah, bukan milik Belanda atau siapapun, tapi milik
masyarakat.
(Mengadaptasi dari video : http://www.youtube.com/watch?v=oSlvkPXfYyo)
Oleh : Nita
Butir-butir salju tampak
keputihan dan tak berhenti turun sejak sebulan yang lalu. Langit bulan November
yang tak sepenuhnya cerah itu selali membawa butir salju dari langit. Tangan
Seo Eun tampak menikmati setiap butir yang jatuh itu. Dia bisa menikmati hujan
salju kapan saja, tapi hari tampak menyenangkan. Wajahnya tertutup oleh jaket
tebal, belum lagi kaca mata hitamnya menutupi matanya. Sendiri. Hening. Hanya
ditemani salju yang tak berhenti turun ke bumi.
"Nona tidak
pulang?" suara seorang yang cukup dikenalnya. Oh itu agensinya, hidupnya
jadi berantakan karena dia terperangkap di sebuah agensi hiburan. Ini bukan
pilihannya, tapi ini pilihan 70% ibu di Seoul. Harusnya dia hidup di Kutub
Utara saja. Jadi dia bebas melakukan apa saja.
Seo Eun Ah, nama yang
disandangnya kali ini berpengaruh terhadap kehidupannya di negara ini. Eun Ah,
tak pernah bermimpi menjadi seorang idola, orang yang dibanggakan. Meskipun
demi sebuah kebudayaan. Jika saja bisa menolak, mungkin dia akan menjadi seorang
yang lain. Bukan menjadi seperti ini. Matanya menatap tajam ke arah ahjumma
yang memakai jas rapi berwarna hitam, rambutnya sebahu dan memakai rok sewarna
dengan jasnya. Managernya yang membuat jadwal konsernya. Tapi Eun Ah
membencinya. Ingin melarikan diri tapi tidak bisa. Sudah ada hitam di atas
putih. Jika sampai dirinya melarikan diri dari G-Entertainment bisa-bisa dia
digugat.
"Baiklah, kita
pulang sekarang. Oia, aku ingin nonton konsernya band di Busan, tapi biarkan
aku sendirian ya?"
"Busan? bukankah
anda diundang di sana?"
"Aku ingin
merasakan jadi penonton, aku tak tahu bagaimana rasanya berteriak ketika
melihat penampilan artis idola. Hemm...bilang saja aku tidak bisa hadir. Toh
biasanya aku selalu datang."
Manajer Seo Eun hanya
diam saja. Tak ada respon darinya. Eun Ah jadi tahu dan sudah cukup mengenal
manajernya itu. Ketika dia tak berbicara maka dia tak bisa menolak keinginanya.
Senyum Eun Ah kini melebar sempurna. Dia akan bersenang-senang di Busan.
Menikmati langit Seoul meski dengan segala aksesoris yang tak memperlihatkan
bahwa dia juga salah satu artis papan atas di negeri ginseng ini.
***
Busan masih menawan di
malam yang tak berbintang. Langit mendung tak menyurutkan keinginanya Eun Ah
untuk datang ke konser yang diadakan oleh salah satu stasiun televisi terbesar
di Korea itu. Tiket VIP sudah dipesannya. Dengan harga yang lumayan untuk
kantong remaja. Tapi di negara yang ditempatinya kini 90% lebih tertarik
membeli hal seperti ini daripada fashion.
Konser akan dimulai
dengan penampilan band papan atas di korea, padahal di Seoul sudah menjamur
band yang terdiri dari beberapa orang personil. Mereka menari dan menyanyi.
Tapi entah kenapa masih ada sebuah band yang cukup exis diantara beberapa boy
or girl band itu. Eun Ah jadi ingin tahu apa yang sudah dilakukan olehnya.
Karena bisa bertahan sampai sekarang.
Suara musik mulai
mengalun, di panggung sudah ada band yang beberapa personilnya membawa bass,
drum dan gitar. Mereka tampak hebat. Setelah vokalisnya menyanyi, tiba-tiba bukan
teriakan yang keluar dari mulut Eun Ah, tapi air matanya perlahan menetes. Eun
Ah mengamati vokalis yang tampak menguasai panggung, menikmati suasana panggung
dan bahagia dengan lagu-lagunya. Dia harus mengenalnya. Itu kalimat pertama
yang tersimpan di otaknya. Harus mengenal lelaki itu. Ingin mengenalnya bukan
berarti ingin belajar, agensinya sudah cukup andal untuk latihan. Tapi ingin
tahu caranya agar merasakan kebahagiaan seperti itu ketika di panggung.
Akhirnya Eun Ah datang di tempat fitting bajunya. Mungkin di sana dia bisa
bertemu lelaki itu, lelaki yang dikenal dengan nama Lee Hong Dong dari Ft Blue.
"Lee Hong Dong,
tunggu!" teriak Eun Ah, lagian lelaki itu pasti mengenalnya. Dia sama-sama
selebritis di kota ini.
"Ya, sepertinya aku
mengenalmu?" tanya lelaki itu sambil berusaha mengingat-ingat wajah Eun
Ah.
"Tentu kau
mengenalku, aku juga tahu kamu."
"Oh..pelantun laguSweet memory,betul, kan?"
"Ternyata kau
ingat. Aku... ingin kita berbicang-bincang jika kau ada waktu."
"Tentu saja, jadwalku
sudah tidak padat. Jadi kau boleh menghubungiku kapan saja," ucap Hong
Dong dengan penuh antusias.
"Aku harus pergi,
hari ini aku melewatkan acara stasiun tivi ini. Aku ingin menikmati sebagai
penonton. Jadi aku tidak hadir di sini."
Setelah itu Eun Ah
meninggalkan lokasi itu. Dia akan menghubunginya nanti. Perkenalan yang cukup
mengesankan. Dia bahkan mengingat lagunya. Harusnya, Dirinya juga merasakan
bahagia yang sama ketika berada di atas panggung itu. Bukankah itu
menyenangkan. Tapi tidak menyenangkan untuk dirinya.
***
Lee Hong Dong hanya
memandang perempuan yang di sampingnya itu, ini merupakan pertemuan mereka yang
kedua setelah teriakan Eun Ah yang dulu mengagetkannya. Perempuan yang aneh.
Menghindari acaranya sendiri untuk menghadiri acara yang dihindarinya.
“Bagaimana bisa kau
menyanyi seperti itu di panggung?” tanya Eun Ah setelah menambahkan beberapa
butir gula di gelasnya.
“Karena aku menyukainya,
makanya aku menyanyi seperti itu di panggung. Apa kau tak bisa seperti itu?”
“Aku selalu merasa sedih
ketika naik ke panggung, entahlah. Rasanya aku tak akan bisa menyanyi lagi.”
Eun Ah menghela nafasnya berat dan memandangi Hong Dong seakan minta jawaban.
“Kau pasti bisa.
ingatlah kau bawa mimpi Ibumu dan itu akan menjadi hal yang membahagiakanmu
juga.”
Benar apa yang dikatakan
Hong Dong, dia memang tak membawa mimpinya, tapi membawa mimpi ibunya. Ibunya
ingin dia sukses dengan jalan ini. sedangkan mimpinya yang lain adalah
membahagiakan ibunya. Ya, sejak saat ini dia akan menikmati pekerjaannya.
Seperti apa yang dilakukan Hong Dong untuk dirinya sendiri.
“Kau dekat denganku
hanya untuk ini?” tanya Hong Dong setelahnya.
“Aku pengagummu, tapi
aku juga ingin resep bahagia darimu.”
Hanya pertemuan singkat
ini yang merubah kehidupan Eun Ah, pemikirannya yang kadang egois dan tak
memikirkan yang lain. Dia akan berjanji untuk menyenangkan orang yang
mencintainya. Dia akan meraih mimpi-mimpinya dengan cara seperti ini.
(Mengadaptasi dari video : http://www.youtube.com/watch?v=rUOiHTRiudM)
Oleh : Eny Musyarofah
Hidup itu adalah pilihan dan setiap
pilihan itu akan diminta pertanggungjawaban. Tidak semua nasehat yang tertuju
pada diri kita adalah nasehat yang baik, karena sering kali seseorang menjadi
lebih terjerumus pada kesesatan karena nasehat yang diterimanya langsung
diaplikasikan tanpa berfikir panjang. Dalam menjalani kehidupan kejernihan hati
nurani sangat penting untuk mampu menyaring hal-hal yang buruk dan menerima
hal-hal baik.
Keadaaan diri seseorang dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari sifat bawaan, orang-orang yang ada
disekelilingnya dan kondisi lingkungan. Teman adalah orang yang memberi
pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang, karena biasanya teman sering kali
memberi nasehat apabila keadaan kita dirasa tidak sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak dalam kondisi pada umumnya. Padahal belum tentu seseorang yang
berperilaku tidak sesuai dengan kebanyakan orang adalah perilaku yang salah. Menjadi seorang yang pendiam dan tidak pacaran
bukanlah hal yang salah, asalkan menjadi pendiam tetapi tetap mampu
bersosialisasi dengan manusia lain. Apalagi pacaran yang sama sekali tidak
memberi keuntungan dan hanya mampu menciptakan banyak sekali kerugian.
Mungkin sangat membekas apabila mendapat
nasehat dari seorang teman, apalagi teman tersebut telah meninggal. Nasehat
yang diberikan bisa saja menjadi sebuah kata-kata wasiat yang sulit untuk
dilupakan, tetapi bukan berarti nasehat seorang teman tersebut benar dan layak
untuk dijalankan. Gunakanlah hati nurani untuk berfikir lebih jauh atas nasehat
yang telah diberikan. Bisa saja nasehat yang diberikan tersebut mampu memberi
pencerahan dalam hidup atau malah menjadi bumeranng yang akan mampu membuat
hidup kita yang semula dalam suatu kebenaran menjadi melenceng dan tidak sesuai dengan
aturan. Berhati-hati dalam menelaah apa yang orang lain nasehatkan sangat
penting. Dalam film tersebut Via berkata
”Banyak orang sukses tetapi tidak kuliah.” Mungkin hal itu memang benar, tetapi
dengan menjadikan itu alasan untuk membolos saat kuliah, itu adalah kesalahan
besar. Kesuksesan itu tidak hanya kemapuan memperoleh kekayaan. Kesuksesan itu
adalah mampu menjadikan diri menjadi pribadi yang unggul dan tentu saja pribadi
yang unggul tidak didapat dengan menjadi orang yang banyak melanggar nilai
norma yang ada.
(Mengadaptasi dari video : /http://www.youtube.com/watch?v=xtanExArfJs)
Oleh : Dwi Wirastianti Novita Sari
Di sebuah lift, ada dua orang wanita yang terlihat
berbeda. Wanita yang satu berbadan gemuk sedangkan wanita yang satu berbadan
ramping. Mereka berdua berdiri dalam diam menunggu lift berjalan membawa mereka
ke lantai tujuan masing – masing. Sesaat kemudian, wanita gemuk terlihat
menutup hidungnya, seperti hendak mencegah bau tak sedap masuk terhirup
olehnya. Rupanya ia mencium bau kentut yang berasal dari wanita ramping di
depannya. Ini terlihat dari ekspresi dan tingkah laku dari wanita ramping
tersebut. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka dan masuklah beberapa
pria. Pintu lift yang terbuka hanya sebentar tentu tidak dapat menghilangkan
“aroma” gas dari si wanita ramping itu. Alhasil, ketiga pria itu masih bisa
mencium bau gas tersebut. Hanya saja, mereka salah sasaran. Mereka serempak
menoleh ke wanita gemuk dan menatapnya dengan tatapan menyalahkan atas bau tak
sedap itu.
Saat menonton iklan komersial itu, aku tersenyum.
Merasa geli sekaligus prihatin karena ternyata separah itu pandangan orang
terhadap wanita gemuk. Bagaimana gemuk telah menjelekkan image seseorang. Lantas, dimana letak inner beauty itu? Inner
beauty yang disebut – sebut sebagai kecantikan dari dalam atau cantik
secara batiniah . Nyatanya, sangat minim bagi kaum Adam untuk menilai seorang
wanita dari sisi batiniahnya. Mereka hanya melihat kecantikan yang visual, yang
dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indera. Kecantikan ini yang seringkali
dijadikan patokan bagi daya tarik wanita, dengan mengesampingkan inner beauty.
Banyak wanita berlomba – lomba untuk menjadi cantik.
Alasannya bermacam – macam. Untuk estetika, tuntutan pekerjaan, ataupun untuk
menggaet pria tampan dan mapan. Toh pria – pria itu pasti melihat wanita
pertama kali dari mata, bukan? Kalau kita jelek, mana mau mereka menatap kita
dan mengenal kita lebih dalam, mengenal kita secara batiniah. Itulah argumen –
argumen yang sering kudengar. Ada benarnya, estetika atau keindahan yang tampak
oleh mata akan mengundang seseorang untuk melihat dan mengenal seseorang lebih
jauh. Seperti halnya makanan. Masakan yang disajikan dengan tepat dan indah
akan mengundang orang untuk menikmatinya. Tapi tentu saja rasa juga penting,
jika penampilan makanan itu terlihat enak namun ternyata rasanya hambar, orang
akan berhenti memakannya. Begitu pula dengan wanita. Memang, kecantikan
lahiriah itu penting, tapi tidak dengan menomorduakan kecantikan batiniah. Dua
hal itu berjalan sejajar dan harus saling menunjang. Cantik lahiriah tidak akan
berarti tanpa inner beauty dan inner beauty juga tidak akan tereksplor tanpa
adanya kecantikan lahiriah.
Selama ini
sadarkah kalian tentang apa yang telah kalian perbuat?, Sudahkah kalian membuat
goresan senyuman di wajahnya? Tak satupun dari kita merasa
dia adalah sosok pengganggu yang seolah-olah membelenggu
ruang gerak kita. Selalu melarang, menasihati
dengan penuh kesabaran yang
tidak mengenal lelah. Namun,tahukah
kalian maksud dari semua ini? tak lain tujuan yang begitu mulialah yang ingin
mereka curahkan demi kebaikkan kita
nanti.
Seperti
kisah yang dapat kita petik pelajaran yang berharga dimana hiduplah seorang
remaja perempuan dengan ayahnya mengidap tuna wicara, konon kondisi yang
dialami ayahnya terjadi sesaat ibunya meninggal dunia karena suatu kejadian
yang tragis. Hanya denganbermodalkan
penghasilan yang serba berkecukupan dari mata pencaharian ayahnya yang
berjualan mie dengan gerobak yang sederhana mereka hidup berdampingan di sebuah
rumah kontrakan bak gubuk yang bisa roboh
ditiup angin.
Semua
bermula saat sang anak melanjutkan pendidikannya ke sekolah menangah atas,
karena ayahnya pikir jarak dari rumah ke tempat ia bersekolah cukup jauh,
akhirnya ayahnya memutuskan untuk mengantarkan anak semata wayangnya dengan motor
warisan kakeknya. Sebagai ayah pada umumnya, beliau hanya ingin berpesan
kepadanya agar belajar yang rajin dan jadilah anak baik di sekolah, tentunya
dengan bahasa isyaratlah cara sang ayah menyampaikannya. Namun reaksi pedas dan
rasa acuh yang menyakitakan hati yang tampak dari pemandangan pagi itu. Dengan
penuh rasa sabar dan sedikit senyuman di wajah ayahnya seolah menganggap hal itu adalah sebuah
isyarat bahwa sang anak mengiyakan pesan darinya.
Akan
tetapi, keadaan di sekolah tidak seperti yang ayahnya harapkan, teman –
teman putrinya di sekolah yang mengetahui kalau ayahnya bisu kerap
mengganggunya, mereka
tak henti-hentinya menghina ayah sang buah hati. Awalnya dia hanya mencoba
untuk tidak mempedulikan hal itu namun sikap mereka yang begitu keterlaluan berhasil membuatnya tak
tinggal diam dan mencoba membela nama baik ayahanda.
Sebuah
kontak fisikpun
terjadi hingga berujung pahit, sehingga membuat peristiwa itu tersebar bahkan
sang ayah mengetahui bahwa yang
terlibat itu putrinya sendiri. Sesampainya di rumah sambutan yang tak biasa diperlihatkan
ayahnya kepada anaknya. Tak disangka, seorang ayah yang biasa menyambut
kepulangannya dengan ramah dan penuh kasih saying yang lembut, sesaat berubah
menjadi pertarungan hebat antara anak dan ayah. Karena merasa tak tahan lagi
untuk berada di rumah, sang putri pun angkat kaki dari rumah itu dan terjun ke
dunia gelap bersama teman lamanya yang kini mereka bertemu dan saling bertukar
pikiran.
Sementara Sang
ayah yang duduk termenung tak tahu harus berbuat apa lagi untuk meyakinkan buah
hatinya bahwa ia masih sayang padanya. Ia merasa gagal untuk menuruti
semua keinginan putrinya itu, sampai-sampai perasaan itu terbawa saat ia bekerja yang
melakukan segalanya dengan
setengah hati. Di sela –sela pekerjaannya ia pun merenungkan tentang cara apa
yang harus ia perbuat demi membuat hubungan keduanya membaik. Akhirnya sang
ayah berniat untuk memanfaatkan waktu ulang tahun putrinya untuk meminta maaf
karena ia rasa semua ini
adalah kesalahannya.
Kue ulangtahun yang sederhana telah siap dimeja, yang dihiasi lilin dengan
nyala api kecil yang begitu indah dan terangnya mampu menyinari ruangan itu lengkap
dengan tulisan ”Selamat Ulang Tahun” terpampang dengan eloknya di atas kue itu. Selagi
menunggu anaknya keluar dari kamarnya sang ayah mencoba menyusun kata-kata yang
kali ini sekiranya membuat putrinya mengerti maksud hati sang ayah. Karena jika
tidak, entah apa yang terjadi melihat sang putri pulang dengan wajah yang
bermuram durja dan terus mengurung diri di kamarnya.
Setelah menunggu cukup lama, rasa curiga yang terus
menghantui sang ayah tentang keadaan putrinya yang tak kunjung muncul juga dari
kamarnya, membuat sang ayah mengetuk dan gelisah sebenarnya ada apa di dalam.
Beribu-ribu ketukan telah dicoba namun tak ada jawaban dari dalam. Akhirnya
sebuah dobrakan kencang dilancarkan sang ayah dan alangkah terkejutnya ia melihat putri
satu-satunya terbaring tak berdaya dengan berlumuran darah.
Tindakan cepat dilakukan
oleh sang ayah, rumah sakit terasa begitu jauh mengingat sang putri yang terus
meneteskan darah seiring langkahnya menuju tempat itu, bagaikan nyawa yang
hilang di setiap tetesan darah yang mengalir membuat ayahnya tak kuasa menahan tangis melihat keadaan putrinya
yang sangat mengenaskan
ini.
Sesampainya
di tempat itu, sang ayah memohon kepada dokter agar nyawa anaknya itu dapat
diselamatkan apapun caranya. Tanpa pikir panjang sang ayah meminta dokter untuk
mengambil darahnya demi menyelamatkan putrinya.
Semua
berlalu begitu cepat, tak ada yang dapat menghentikan kejadian pada malam itu, sang ayah
yang telah tak bernyawa turut menemani putrinya yang keadaannya begitu membaik
seiring dengan liter demi liter darah yang direlakannya untuk putrinya
tercinta.
Ketika
terbagun, sang putri kaku tak bisa berkata apa-apa lagi, melihat sang ayah yang
selama ini telah menjadi
sosok yang selalu menyayangi dan merawatnya hingga ia beranjak dewasa. Ia rela mengorbankan
nyawa berharganya demi keselamatan jiwa sang putri. Penyesalan yang tak dapat mengubah keadaan
dan membantunya
untuk membuat sang ayah hidup kembali telah memenuhi ruangan tersebut. Kata maaf
belum sempat ia lantunkan, Kini
ia baru tahu di balik keterbatasan ayahnya itu tersimpan tujuan yang mulia untuk
membimbing dirinya menjadi anak yang berhasil suatu hari nanti bahkan tujuan itu
mampu melebihi
pengorbanan ayah
normal lainnya.
“Kecewa akan
suatu hal itu hal yang biasa
Namun
janganlah mengecewakan seseorang karena suatu hal yang biasa”
Generasi Muda untuk Selamatkan Rumah Manusia (Bumi)!
(Mengadaptasi video dokumenter dari : http://www.youtube.com/watch?v=l95YYumD59A)
Oleh : Ainul
Maghfirah
Bumi adalah planet paling ideal yang
Allah berikan sebagai tempat manusia menjalani kehidupan di dunia. Bumi terdiri
dari banyak komponen yang Allah jadikan sebagai hiasan dan fasilitas kehidupan
manusia. Komponen – komponen tersebut berupa pegunungan yang sejuk, tanah yang
di atasnya tumbuh tanaman padi yang hijau, Air yang mengalir membentuk suatu
jalan yang bernama sungai, buah – buahan dengan aneka rasa, bunga dengan aneka
warna dan aroma, tanaman – tanaman hijau, hayawan dengan banyak jenis, udara,
logam – logam yang berkilauan dan lain sebagainya.
Manusia dan semua komponen bumi
memiki hubungan yang reversibel. Hubungan ini harus berjalan dengan seimbang
agar kehidupan keduanya bisa lestari. Manusia bertindak sebagai subjek untuk
mengolah dan menjaga kehidupan komponen bumi yang lain, dan komponen bumi
bertindak sebagai objek fasilitas untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Perkembangan zaman menunjukkan hasil
olahan manusia yang semakin maju dalam bidang teknologi. Jarak bukan lagi
menjadi masalah waktu. Telepon telah menghemat banyak waktu yang di zaman
sebelumnya dapat dihabiskan oleh jarak untuk berkomunikasi. Kesibukan manusia
yang semakin hari semakin padat dan kompleks dapat dipermudah oleh kendaraan
bermotor yang lebih cepat dari unta dan komputer dengan program – program
canggihnya.
Kemajuan teknologi yang dicapai oleh
manusia perlu dijadikan suatu kebanggaan. Ini menunjukkan bahwa manusia memang
bisa menggunakan akalnya, memang makhluk tuhan yang paling istimewa. Ketidak –
adaannya akal pikiran pada hewan sertanya adanya dinding sel pada tanaman yang
membuatnya tidak bisa seelastis dan sedinamis manusia dan hewan membuat
keduanya (hewan dan tanaman) hanya bisa berada di posisi “objek”. Akal pikiran
dan nafsu/perasaan yang Allah berikan kepada manusia telah membimbing manusia untuk menjadi
khalifah di muka bumi, menjadi satu – satunya makhluk yang dapat mengolah
segala hal yang ada di bumi.
Namun, kemajuan – kemajuan ini bukan
tanpa resiko. Kendaraan bermotor yang tiap hari tak pernah absen di jalan raya
perkotaan maupun perdesaan telah menyumbangkan polusi yang cukup besar. Polusi
ini dapat berdampak buruk baik bagi kesehatan manusia maupun kesehatan bumi.
Bukan hanya penggunaan kendaraan bermotor, namun fasilitas lain yang dibuat
oleh manusia seperti kulkas dan AC telah menjadi tersangka utama dalam
pemanasan global.
Tanaman yang Allah ciptakan buat manusia,
dengan kepintaran manusia telah terbukti bahwa tanaman adalah suatu mukjizat
yang harus dilestarikan. Uniknya, saat manusia ditakdirkan untuk menghirup
oksigen dan mengeluarkan banyak karbondioksida baik dari dirinya maupun dari
teknologi ciptaannya, tanaman Allah set sebagai penghirup karbondioksia dan
penghasil oksigen. Tidakkah kita berpikir, bahwa mungkin saja ini sebagai suatu
sistem kesetimbangan yang terancang. Karbondioksida dalam jumlah berlebihan
dapat mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca yang juga menjadi penyebab
pemanasan global. Tanaman bukan hanya sekedar sebagai penghirup karbondioksida,
dia juga mempunyai fungsi lain yang tak kalah pentingnya seperti penampung air
hujan untuk cadangan air saat kemarau.
Fakta akan ilmu pengetahuan yang
telah menyebar luas ini sayangnya hanya seperti angin yang berlalu bagi
sebagian orang. Kenyataannya, penebangan pohon secara liar masih terjadi.
Penebangan ini menyebabkan berkurangnya jumlah tanaman. Tentunya, fenomena ini
dapat menyebabkan banyak kerugian terutama dalam segi lingkungan. Penggundulan
gunung dapat memicu terjadinya erosi, banjir, perubahan iklim mikro dan
kepunahan suatu spesies jenis fauna yang langka.
Seorang warga Padang Ulak Tanding,
Mukmin dalam eksposnews.com menginformasikan bahwa setiap minggu ratusan meter
kubik kualitas ekspor diperkirakan telah dikeluarkan dari kawasan hutan itu di
sumatera selatan, sedangkan para penebang kayu secara liar dalam kawasan hutan
itu sebagian besar adalah para pekerja harian yang diupah oleh pengusaha kayu
di Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel).
Masalah
perekonomian telah menggelapkan mata dan pikiran manusia, sehingga secara sadar
manusia telah merusak dan melenyapkan mukjizat dari Allah yang berupa tanaman.
Ini menjadi tugas kita semua untuk menghentikan pembantaian pohon. Oleh karena
itu, mari rapatkan barisan wahai generasi muda! Rapatkan barisan untuk menjadi
generasi penerus yang baik, hingga saatnya kita memegang dunia, kita bisa
mengolah bumi dan isinya dengan baik. Tujuan menjadi pemimpin di muka bumi-pun
dapat terlaksana dengan baik.